Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu menyebutkan, aksi tersebut digelar utamanya untuk menyerukan perlawanan krisis iklim.
Baca juga: Banjir yang Porakporandakan Libya Jadi Bukti Ganasnya Perubahan Iklim
Aksi tersebut digelar sekitar dua bulan sebelum KTT iklim PBB, COP28, yang bakal digelar pada November ini di Uni emirat Arab (UEA).
Ada perwakilan dari lebih dari 80 negara yang ikut serta dalam COP28. Mereka didesak mendorong perjanjian global untuk secara bertahap menghapuskan batu bara, minyak, dan gas yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.
Sejauh ini, masih banyak negara yang belum sepakat untuk menghapuskan dan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, meski mereka sudah berkomitmen untuk mengurangi konsumsi batu bara.
Selama beberapa bulan terakhir, Bumi beberapa kali mengalami suhu panas di atas rata-rata harian.
Baca juga: Aksi Iklim Greta Thunberg Berpengaruh Besar Ubah Perilaku Masyarakat
Juli tahun lalu dinobatkan sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat. Selain itu, musim panas di belahan Bumi Utara dinyatakan sebagai musim panas terpanas.
Puluhan peristiwa cuaca ekstrem juga terjadi mulai dari Badai Idalia di AS, banjir besar di Delhi di India, banjir bandang di Libya, dan lain-lain.
Pemogokan besar lainnya direncanakan akan dilakukan pada Minggu di New York, AS bertepatan dengan Pekan Iklim di kota tersebut dan pertemuan iklim PBB.
Aktivis iklim telah mengorganisir aksi serupa di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana dilansir Associated Press.
Baca juga: Paus Mampu Serap Banyak Karbon daripada Pohon, Solusi Alami Krisis Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya