Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Cakrawala Masa Depan Kita

Kompas.com - 19/09/2023, 10:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEMANUSIAAN saat ini berada pada suatu titik kritis sepanjang sejarahnya. Kita berdiri di persimpangan jalan yang berpotensi mempercepat perubahan begitu besar, bahkan sejarah kehidupan pun tak pernah menyaksikan sebelumnya.

Di tengah-tengah perubahan ini, kita merasa masa depan bisa berubah arah dengan cepat, seperti penentuan antara utopia dan kiamat.

Menghadapi berbagai risiko yang begitu menakutkan, terkadang terasa bahwa masa depan kita berada dalam bahaya.

Namun, di balik gelombang pesimisme yang melanda keyakinan kita akan masa itu, terdapat bukti menggembirakan bahwa umat manusia tidak hanya mampu bertahan pada beberapa abad mendatang, tetapi juga memiliki kesempatan berkembang jauh melampaui apa yang sanggup kita bayangkan.

Kita harus menyadari bahwa tidak ada yang dapat memprediksi secara pasti apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun setidaknya, ada tiga jalur besar yang dapat kita ambil dalam menghadapi masa depan ini.

Pertama, "Keruntuhan," di mana kita dihadapkan pada ancaman besar yang dapat menghancurkan peradaban kita, bahkan mungkin mengakibatkan kepunahan umat manusia.

Kedua, "Dataran Tinggi," tempat kita dapat menghindari keruntuhan, namun tetap berada di batas atas kemajuan kita.

Sedangkan ketiga adalah "Transendensi," di mana kita dapat mencapai potensi penuh kita, bahkan bertransformasi menjadi entitas yang tak terbayangkan.

Penting untuk mencoba membayangkan masa depan ini dengan sebaik mungkin, sebab hanya dengan begitu kita dapat mengkaji risiko yang akan dihadapi dengan lebih jelas.

Seiring janji yang terkandung di dalamnya, era baru yang tak terprediksi ini akan membawa perubahan besar bagi planet Bumi dan juga bagi diri kita.

Umat manusia selama sejarahnya telah menghadapi berbagai bencana, dan meskipun terdapat ancaman seperti dampak asteroid, zaman es, letusan gunung berapi super, dan wabah mematikan, kita selalu berhasil bangkit kembali ke tingkat yang baru.

Namun, saat ini, ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup kita tidak lagi berasal dari alam, melainkan dari tangan kita sendiri.

Sejak kemunculan senjata nuklir, ancaman penghancuran diri telah membuat ancaman alam semakin kecil. Bahkan, menurut beberapa perkiraan, risiko kepunahan kita karena tindakan kita sendiri, kini 300 kali lebih besar daripada risiko kepunahan yang diakibatkan bencana alam.

Lembaga Future of Life telah mengidentifikasi empat risiko utama yang membayangi kelangsungan hidup kita, yakni Perang Nuklir, Perubahan Iklim, Bioteknologi, dan Kecerdasan Buatan (A.I.).

Guna memahami betapa seriusnya risiko tersebut, kita harus mempertimbangkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.

Perang nuklir, dengan skala yang begitu besar, membawa ancaman serius bagi kelangsungan hidup manusia.

Skenario terburuknya dapat mengakibatkan penurunan drastis suhu global hingga hampir 10 derajat Celcius dan menghancurkan sekitar 63 persen dari populasi manusia.

Meskipun kita telah melakukan kemajuan dalam mengurangi cadangan senjata nuklir, hampir 10.000 hulu ledak masih ada.

Saat ini, kita masih berada pada jalur yang dapat mengakibatkan kenaikan suhu bumi sekitar 2,7 derajat Celcius pada 2100, yang berpotensi menyebabkan lebih dari satu miliar orang terpaksa mengungsi.

Namun dalam skenario terburuk, tindakan kita dapat memicu titik kritis CO2, yang berpeluang meningkatkan suhu Bumi hingga 12 derajat Celcius dalam beberapa abad mendatang.

Di sisi lain, bioteknologi juga punya andil mengatasi krisis dunia seperti kelangkaan pangan dan penyakit. Namun, potensi tersebut juga membawa risiko besar, yaitu memberikan kekuatan pada sekelompok kecil orang untuk menyebabkan bencana global.

Dalam teori terburuk, pelepasan patogen yang dirancang secara sintetis dapat menyebabkan jumlah kematian yang lebih besar dibandingkan dengan perang nuklir antarbenua.

Tetapi risiko yang paling sulit untuk diukur dan dikendalikan datang dari kecerdasan buatan (AI). Ini adalah ancaman pertama yang kita hadapi, yang mungkin berada di luar kendali kita.

AI dapat menjadi sekutu yang kuat dalam menyelesaikan berbagai masalah global, atau pada akhirnya bisa mengalahkan kita dalam persaingan sumber daya dunia, dan mendorong umat manusia ke dalam ketidakpastian.

Menavigasi arus perubahan

Menjelajahi lanskap risiko baru ini akan menjadi tantangan terbesar yang pernah kita hadapi. Ancaman-ancaman baru yang belum teridentifikasi dengan pasti, dapat muncul seiring kemajuan kita.

Meskipun ada potensi tragedi kemanusiaan berskala besar dalam gambaran ini, hanya sedikit dari risiko tersebut yang memiliki kemungkinan besar untuk menyebabkan kepunahan total umat manusia. Kita, mungkin adalah salah satu spesies yang paling tidak terancam punah di Bumi.

Kehadiran kita dalam jumlah banyak dan persebaran geografis yang luas, memberi kita keunggulan dalam bertahan menghadapi berbagai ancaman.

Kita mendiami berbagai ekosistem, sedari gurun dan tundra, hingga pulau-pulau terpencil yang berperan sebagai karantina alami jika terjadi bencana global.

Meskipun risiko-risiko ini tergolong ancaman serius, kita juga memiliki potensi dan sumber daya untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan membangun masa depan lebih aman dan berkelanjutan.

Kita sebagai manusia, punya beberapa alasan untuk merasa optimistis menghadapi ancaman kepunahan, bahkan jika 99,9 persen dari populasi kita musnah dalam sebuah bencana.

Delapan juta individu yang selamat, masih merupakan jumlah yang signifikan, bahkan lebih besar dari populasi yang ada selama sebagian besar sejarah kita.

Kita tidak lagi tergantung pada kecepatan gletser seleksi alam untuk beradaptasi, karena teknologi memberi kita kemampuan beradaptasi ribuan kali lebih cepat tinimbang spesies lain dalam sejarah kehidupan.

Selain itu, pola makan kita yang cenderung generalis, memungkinkan fleksibilitas luas dalam sumber makanan, yang menjadi sifat penting bagi mereka yang selamat dari kepunahan massal pada masa lalu. Ini memberi kita kemampuan untuk mengatasi perubahan lingkungan dan kondisi yang sulit.

Namun, pertanyaan yang mendasar adalah seberapa tangguhnya peradaban kita? Seberapa besar pukulan yang dapat kita terima dan tetap melanjutkan penyintasan?

Sejarah mencatat kisah-kisah kepunahan besar seperti Kematian Hitam pada 1347, yang membunuh hingga separuh penduduk Eropa dan 1/10 penduduk dunia saat itu.

Meskipun bencana ini sangat menghancurkan, tapi tetap tidak menggagalkan kemajuan umat manusia. Terbukti, hanya dalam dua ratus tahun berikutnya, kita menyaksikan kemajuan ilmiah yang luar biasa.

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah jika kita mengalami keruntuhan yang cukup parah sehingga dapat mematikan industri global, maka pemulihan akan menjadi lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih lama.

Jika kita juga kehilangan kemampuan di bidang pertanian dan terpaksa kembali ke gaya hidup pemburu-pengumpul, kapasitas bumi untuk menghidupi manusia akan sangat terbatas, mirip dengan situasi seabad lalu.

Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesies kita, harus ada antara 100 hingga 5000 individu yang selamat untuk berhasil mengisi kembali Bumi.

Hal ini menjadi pengingat bahwa melindungi peradaban dan pengetahuan kita, serta mempertahankan kemampuan pertanian, adalah kunci dalam menjaga kelangsungan hidup kemanusiaan di tengah ancaman masa depan.

Ancaman terbesar bagi kita tidak hanya datang dari satu peristiwa bencana besar, melainkan dari dampak yang saling tumpang tindih dan bercampur dengan cara yang tidak terduga.

Pada 2009, dua peneliti melakukan eksperimen pemikiran untuk memahami apa yang diperlukan untuk mendorong umat manusia hingga kepunahan total.

Fase pertama dari eksperimen ini melibatkan penurunan populasi manusia yang cepat akibat peperangan global dan keruntuhan industri dan pertanian global.

Fase kedua adalah masa di mana sumber daya alam yang tersisa akan habis dalam dua abad berikutnya.

Fase ketiga membayangkan spiral keruntuhan ekosistem, dengan letusan supervulkano yang memutuskan rantai sisa umat manusia terakhir.

Dampak dari eksperimen ini adalah tidak hanya kehilangan yang tragis dalam nyawa manusia saat ini, tetapi juga kehilangan potensi kehidupan masa depan.

Triliunan calon keturunan kita mungkin tidak akan pernah lahir. Planet-planet di galaksi kita mungkin tidak akan tereksplorasi, lalu musik, puisi, seni, dan warisan budaya kita mungkin akan meredup, tidak hanya di sudut galaksi kita, tetapi mungkin di seluruh alam semesta.

Untuk menghadapi potensi kepunahan ini, beberapa langkah telah diambil. Salah satunya adalah pendirian Bank Benih Global Svalbard di Norwegia, yang saat ini menyimpan lebih dari satu juta spesimen benih untuk lebih dari 4.000 spesies tanaman.

Benih-benih tersebut dapat menjadi sumber daya yang penting untuk membangun kembali peradaban jika terjadi bencana mematikan.

Namun, beberapa orang telah mengusulkan ide yang lebih ekstrem, yaitu "Bahtera Bulan" yang akan menyimpan sampel genetik dalam tabung lava di bawah permukaan bulan.

Di sana, seluruh sampel tersebut akan dilindungi dari berbagai ancaman, termasuk bencana global, erosi, mikrometeorit, dan radiasi matahari.

Upaya-upaya seperti ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya menjaga potensi keberlanjutan kehidupan manusia dan mempertimbangkan cara-cara kreatif untuk melindungi dan mempertahankan warisan genetik serta pengetahuan manusia yang berharga, dalam menghadapi ancaman yang mungkin tidak terkira.

Salah satu cara terbaik untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang kita sebagai spesies adalah, dengan mencapai sesuatu yang belum pernah diraih oleh makhluk hidup lain: menjadi spesies multiplanet.

Dengan mendirikan peradaban mandiri di planet lain, peluang kepunahan kita dapat berkurang secara signifikan.

Meskipun kita akan membawa kekurangan dan menghadapi risiko baru saat menjelajahi ruang angkasa, langkah ini akan menjadi investasi penting untuk melindungi masa depan kita.

Pertanyaan yang muncul adalah, apakah kita benar-benar bisa mencapai masa depan yang lebih baik ini, atau apakah kita telah mencapai puncak kemampuan kita. Sejauh mana kita dapat melangkah?

Secara teori, ada kemungkinan bahwa peradaban manusia akan dapat mempertahankan status quo untuk masa depan yang tidak terbatas, menghindari keruntuhan dan transformasi.

Namun, dalam kenyataannya, "Dataran Tinggi" hanya akan menjadi keadaan sementara. Tantangan dan hambatan tak terduga akan muncul, mendorong peradaban kita menuju arah yang baru.

Semakin jauh kita melangkah ke masa depan, semakin besar pula gangguan yang akan kita hadapi.

Menghadapi tantangan yang semakin berat ini, langkah-langkah berani seperti menjelajahi dan mengkolonisasi planet lain mungkin menjadi kunci kelangsungan hidup dan kemajuan kita sebagai spesies.

Hal ini menuntut kerja sama global dan inovasi teknologi yang luar biasa, namun juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga Bumi dan menjalani praktik yang berkelanjutan di sini, di planet asal kita, karena Bumi tetap menjadi rumah kita saat ini dan di masa depan yang meski terlihat belum pasti.

Ada pemahaman yang menyiratkan bahwa Bumi akan mengalami kepunahan massal secara siklis, sekitar setiap 27 juta tahun, yang disebabkan oleh matahari kita melewati wilayah tengah galaksi yang padat akan asteroid. Ini adalah salah satu dari banyak ancaman astronomis yang mengintai planet kita.

Selain itu, sekitar satu miliar tahun dari sekarang, perubahan alam semesta akan membuat matahari kita menjadi lebih cerah, sehingga Bumi akan menjadi terlalu panas untuk mendukung fotosintesis, yang merupakan dasar dari sebagian besar kehidupan di planet ini.

Samudera akan mulai mendidih dan semua bentuk kehidupan akan musnah.

Dalam menghadapi ancaman seperti itu, peradaban modern kita mungkin tidak akan bertahan tanpa transformasi mendalam. Salah satu pilihan yang muncul adalah meninggalkan Bumi dan menciptakan habitat manusia di luar dunia.

Salah satu konsepnya adalah "Bishop Rings," megastruktur melingkar yang dapat menampung lebih dari satu miliar orang.

Struktur ini dapat menyediakan luas tanah yang sangat besar, sama luasnya dengan negara-negara seperti India atau Argentina.

Dibangun dengan menggunakan tabung nanokarbon yang ringan, dan rotasi mereka dapat menghasilkan gravitasi yang cukup untuk mempertahankan suasana alam semesta mereka sendiri.

Namun, kita juga memiliki kekuatan untuk menentukan masa depan Bumi. Terlepas dari semua bahaya yang mengintai, bagi nenek moyang kita, kemampuan kita saat ini akan tampak seperti kekuatan dewa.

Meskipun kita cenderung melihat banyak tantangan dan mengalami bias negatif dalam persepsi kita, momentum ke depan dalam kemajuan teknologi dan perubahan sosial tidak dapat disangkal.

Sejak Revolusi Industri, teknologi telah secara radikal memperbaiki kehidupan manusia dalam berbagai aspek.

Pesan pentingnya adalah, meskipun kita dihadapkan pada ancaman yang mungkin terasa tidak terkendali, kita bisa menciptakan masa depan yang cerah dan menghadapi tantangan tersebut dengan kepintaran, inovasi, dan kerja sama.

Kita dapat terus mengambil langkah-langkah positif menuju masyarakat yang lebih baik, meskipun kadangkala terdapat rintangan di sepanjang jalan.

Evolusi, eksplorasi, dan kemungkinan tak terbatas

Tampaknya kita berada pada jalur menuju peradaban yang berkelanjutan, dan ada beberapa indikator yang menunjukkan hal ini.

Biaya energi surya dan angin telah turun lebih cepat dari perkiraan awal para ahli, sehingga seringkali menjadi alternatif yang lebih murah daripada bahan bakar fosil.

Sementara itu, kemajuan dalam bidang kecerdasan buatan (AI) dan bioteknologi sedang mengarah pada peningkatan kesejahteraan manusia yang sangat radikal.

Contohnya, proyek seperti AlphaFold telah berhasil menemukan struktur patogen dan pengobatan untuk penyakit seperti kanker dengan jauh lebih cepat daripada yang bisa dilakukan oleh manusia.

Ada lebih dari 10.000 penyakit yang disebabkan oleh mutasi gen tunggal, dan alat pengeditan gen seperti CRISPR memiliki potensi menyembuhkan banyak dari penyakit-penyakit ini. Kemajuan itu membuka peluang besar untuk meningkatkan kesehatan dan umur manusia.

Tren tersebut bakal menggandakan kemampuan manusia berkali-kali lipat. Saat ini, kita mungkin adalah populasi manusia yang paling sehat, paling kaya, paling bebas, dan paling terpelajar yang pernah ada di muka bumi.

Jika tren ini berlanjut, kita mungkin akan memiliki kemampuan meregenerasi anggota tubuh, menghilangkan penyakit, dan bahkan memperpanjang umur, yang dapat membawa kita menuju transformasi yang sangat fundamental dalam sejarah.

Namun, untuk mencapai segala terobosan itu, kita memerlukan bantuan teknologi yang tak terbayangkan.

Beberapa proyek, seperti penggunaan kecerdasan buatan oleh NASA untuk merancang perangkat keras misi dengan efisiensi tiga kali lebih baik daripada desain manusia, menunjukkan kemajuan besar dalam penggunaan teknologi untuk tujuan ini.

Selain itu, ada upaya dalam pengembangan bahan bakar nabati yang lebih bersih dan tanaman yang tahan kekeringan dalam perang melawan perubahan iklim.

Selain itu, kita sedang menyaksikan perkembangan besar dalam kecerdasan buatan yang dapat mengarah pada Kecerdasan Super Buatan, yang jauh melebihi kemampuan manusia dalam memecahkan masalah yang kompleks.

Sementara hal ini memiliki potensi besar untuk kemakmuran dan peningkatan kualitas hidup, kita juga dihadapkan pada tantangan baru, terutama dalam menyesuaikannya dengan nilai-nilai kemanusiaan dan menghadapi kemungkinan ancaman dari AI bilamana digunakan dengan cara yang merugikan.

Jadi, sementara masa depan kita sarat dengan peluang luar biasa, kita juga perlu bijaksana dalam mengarahkan kemajuan teknologi dan memastikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi pedoman utama dalam perjalanan ini.

Tujuan utama kemajuan umat manusia haruslah mencakup kecerdasan super yang selaras. Jika kita dapat dengan aman memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan untuk kemajuan manusia, maka kita bisa merancang masa depan yang benar-benar utopis, yang bahkan nenek moyang kita sulit membayangkannya.

Masa depan seperti itu mungkin mencakup dunia yang bebas dari penyakit dan kelaparan, dengan bioteknologi yang telah membantu menyeimbangkan iklim dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

Pada masa depan ini, kita bisa memiliki akses ke energi bersih yang melimpah yang dikembangkan bersama dengan AI yang kuat.

Terobosan dalam ilmu roket dan material bisa membawa manusia ke planet dan bulan, yang lebih jauh—membuka peluang eksplorasi luar angkasa yang tak terbatas.

Alat baru untuk ekspresi artistik dan musik pun bisa membuka batas baru keindahan, pengalaman, dan pemahaman kita.

Lebih menariknya lagi, semua ini bisa jadi hanya permulaan. Masa depan kita mungkin terus menghadirkan peluang yang lebih besar dan lebih luar biasa.

Misalnya, jika penggunaan energi kita terus meningkat secara eksponensial, kita mungkin akan mencapai tingkat peradaban Tipe 1, di mana kita dapat mengendalikan lebih banyak energi daripada yang diterima oleh Bumi sendiri.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal ini bisa terjadi pada 2371, dan dengan pertumbuhan berkelanjutan, kita bisa mencapai tingkat peradaban Tipe 2, di mana kita mampu mengendalikan seluruh energi dari matahari, hanya dalam beberapa ribu tahun.

Mempertahankan kelangsungan hidup manusia hingga matahari mati dalam 5 miliar tahun, bisa membawa kita menuju jumlah populasi yang luar biasa besar, mencapai angka sekitar 600 kuadriliun orang.

Dengan eksplorasi luar angkasa, potensi untuk menjangkau jumlah bintang dan planet yang tidak terbatas dapat membuka peluang luar biasa untuk masa depan manusia yang tak terbatas.

Sebuah masa depan yang benar-benar memerlukan kerja keras, visi, dan kepemimpinan dalam melakoni perjalanan menuju kecerdasan super dan melampaui batasan-batasan yang ada.

Saat kita mengeksplorasi dan menyebar dalam ruang-waktu, kita mungkin akan menghadapi perubahan yang signifikan dalam evolusi kita sebagai spesies.

Salah satu kemungkinannya, kita akan terbagi menjadi beberapa spesies, masing-masing dengan tenggang rasa yang berbeda terhadap perubahan.

Beberapa mungkin memilih untuk bergabung dengan teknologi dalam bentuk spesies hibrida, mengintegrasikan diri dengan mesin dan mendukung evolusi teknologi.

Sementara itu, yang lain mungkin memilih untuk tetap sepenuhnya biologis. Ini akan menjadi perpecahan pertama dalam sejarah Neanderthal, bahwa lebih dari satu spesies mirip manusia hidup di Bumi.

Jika telah sampai pada tahap di mana kita dapat mendigitalkan kesadaran, maka identitas manusia dapat berkembang menjadi beragam varietas tak terbatas. Ini menghadirkan pertanyaan mendalam tentang tujuan akhir kita di alam semesta.

Mungkin kita akan mencapai tujuan mulia untuk menjajah seluruh galaksi, mengubah wajah Bima Sakti sesuai rancangan kita sendiri.

Mungkin tujuan akhir kita akan lebih bersifat pribadi, seperti menyelamatkan Bumi dan memperpanjang permainan kehidupan di sini selama miliaran tahun.

Menyelamatkan Bumi dari matahari yang mengembang, dengan membangun penyeimbang konduktif raksasa di sisi jauh bulan, adalah tujuan yang sangat mulia dan memiliki potensi besar untuk menjaga kehidupan tetap berkembang selama ribuan tahun.

Ini akan memerlukan upaya luar biasa, tetapi memastikan bahwa kita tidak menyebabkan kehancuran pada tempat asal kita, adalah hal yang sangat berharga.

Saat kita melanjutkan eksplorasi dan eksperimen di masa depan yang tidak terduga, kita mungkin akan menemukan potensi yang lebih besar dan lebih mendalam dalam perjalanan kita sebagai spesies manusia.

Tantangan dan peluang yang tak terbatas menunggu, dan bagaimanapun itu berkembang, ini adalah kisah luar biasa dan menarik dalam pencarian kita untuk memahami dan mengakrabi alam semesta.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

LSM/Figur
Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Pemerintah
Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Swasta
Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

LSM/Figur
Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Pemerintah
Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Swasta
IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau