KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyampaikan, transisi energi harus berjalan adil, aman, dan bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karenanya, perlu perencanaan yang matang dan melibatkan seluruh kelompok masyarakat dalam proses transisi energi.
Hal itu disampaikan Fabby dalam Indonesia Energy Transition Dialogue 2023 yang digelar IESR dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) yang bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Senin (18/9/2023).
Baca juga: Manfaatkan Energi Terbarukan, UII Gandeng SUN Energy Bangun PLTS 572 Ribu KWh
Fabby mengutarakan, transisi energi di sektor ketenagalistrikan menjadi sektor strategis yang paling mudah dalam hal pengurangan emisi.
Ada tiga hal yang membuat ketenagalistrikan menjadi sektor yang paling mudah dalam proses transisi energi.
Ketiga hal tersebut adalah kelayakan teknologi pengganti, integrasi jaringan listrik yang bisa direncanakan, dan manfaat ekonomi dari semakin murahnya energi terbarukan.
“Faktor teknologi (pengganti) tersebut mencakup integrasi energi terbarukan, solusi penyimpanan energi, interkoneksi serta fleksibilitas sistem tenaga listrik,” kata Fabby dilansir dari siaran pers IESR.
Baca juga: Energi Bersih Mainkan Peran Penting untuk Ketahanan Energi Negara
Sedangkan untuk integrasi jaringan listrik, kehadiran pembangkit listrik dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam jaringan listrik yang sudah ada.
Sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari dapat ditambahkan secara bertahap ke dalam jaringan listrik.
Penambahan tersebut dapat memudahkan peningkatan produksi energi ramah lingkungan tanpa gangguan signifikan terhadap pasokan energi.
“Selain itu, ada juga manfaat ekonomi di mana biaya teknologi energi terbarukan yang semakin kompetitif dengan bahan bakar fosil,” terang Fabby.
Sementara itu, Ketua ICEF Bambang Brodjonegoro menyampaikan, pengembangan energi terbarukan sudah seharusnya difokuskan untuk menjadi tulang punggung energi primer di Indonesia.
Baca juga: Ditjen EBTKE dan MEBI Dorong Biomassa Jadi Solusi Transisi Energi di Indonesia
“Inovasi teknologi dalam hal pembangkitan dari energi terbarukan yang potensial seperti biomassa, panas bumi, hidro, surya, angin, dan lainnya perlu meningkat,” ungkap Bambang.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, transisi energi juga membutuhkan transformasi yang signifikan dari segi infrastruktur, khususnya untuk negara berkembang.
Beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia untuk proses transisi energi seperti belum adanya infrastruktur yang mendukung dan investasi tinggi namun pendanaan yang terbatas.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia perlu berkolaborasi dengan negara lain.
“Indonesia berkolaborasi dengan negara lain untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut untuk menyediakan teknologi yang bersaing, pembiayaan yang kompetitif, akses yang mudah untuk pembiayaan yang berkelanjutan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusianya,” jelas Arifin.
Baca juga: Pendanaan Energi Bersih dari Luar Negeri Melimpah, tapi Ada Hambatan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya