Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Hanya Indonesia, Suhu Panas Juga Terjadi di Berbagai Negara

Kompas.com, 2 Oktober 2023, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia di berbagai wilayah merasakan hawa panas yang sangat menyengat.

Menurut pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu maksimum yang tercatat antara 22-28 September 2023 berkisar antara 35-38 derajat celsius.

Suhu maksimum 38 derajat celsius tercatat di Jawa Tengah. Di wilayah Jabodetabek, suhu maksimum yang tercatat BMKG antara 35-37 derajat celsius.

Baca juga: 98 Persen Manusia di Bumi Rasakan 3 Bulan Terpanas Sepanjang Sejarah

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menjelaskan, setidaknya ada beberapa faktor menyebabkan beberapa wilayah Indonesia disengat suhu yang panas.

Beberapa faktor tersebut seperti pertumbuhan awan, peralihan musim, hingga posisi matahari.

Andri menuturkan, saat ini kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari.

"Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan Bumi tidak mengalami hambatan signifikan, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik," ujarnya, sebagaimana dilansir dari pemberitaan Kompas.com, Jumat (29/9/2023).

Baca juga: NASA: Juli 2023 Jadi Bulan Terpanas Sejak 1880

Selain hal di atas, posisi semu matahari yang sedang berada di selatan ekuator juga mempunyai dampak.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah Iis Widya Harmoko menyampaikan, kondisi suhu panas ini masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2023.

"Puncaknya sekitar bulan Oktober dan (suhu) akan turun lagi mulai November dan turun lagi Desember," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (28/9/2023).

Suhu panas belakangan ini yang menerpa Indonesia juga sempat dirasakan oleh berbagai wilayah di dunia.

Baca juga: Juli 2023 Dinobatkan Sebagai Bulan Terpanas, Darat dan Laut Dilanda Suhu Tinggi

Di Amerika Serikat (AS), Eropa, Asia dan beberapa tempat lain merasakan musim panas tahun ini sebagai yang terpanas sejak pencatatan suhu global dilakukan pada 1880.

Menurut badan antariksa AS atau National Aeronautics and Space Administration (NASA), suhu panas yang melanda berbagai wilayah dunia tak lepas dari pemanasan global yang semakin parah ditambah fenomena alam yakni El Nino.

Menurut analisis NASA, pada Agustus suhu Bumi rata-rata 1,2 derajat celsius lebih hangat dibandingkan rata-rata musim panas.

Sedangkan suhu gabungan pada Juli-Agustus 0,23 derajat celsius lebih hangat dibandingkan musim panas sebelumnya.

Baca juga: Lautan Kembali Pecahkan Rekor Terpanas, Bahaya Besar Mengintai

Rekor-rekor terpanas

Sebelum ini, beberapa rekor suhu terpanas juga telah terjadi. Contohnya, pada pekan terkahir Juli, Samudera Atlantik Utara mengalami suhu terpanasnya.

Berdasarkan pengamatan pada 26 Juli, oleh badan pemantau atmosfer dan samudera AS atau National Oceanic and Atmospheric Administration (NOOA), suhu permukaan laut rata-rata tertinggi di Samudra Atlantik Utara mencapai 24,9 derajat celsius.

Rekor suhu panas di Samudera Atlantik Utara sebelumnya pecah pada September 2022, yakni 24,89 derajat celsius.

Sedangkan dalam rentang Juni hingga Agustus tahun ini, hampir seluruh manusia di Bumi merasakan suhu yang lebih tinggi dari biasanya.

Baca juga: Juli 2023 Diprediksi Jadi Bulan Terpanas

Climate Central, sebuah kelompok penelitian yang berbasis di AS, dalam studi terbarunya melaporkan, 98 persen populasi Bumi selama Juni hingga Agustus terpapar suhu yang lebih tinggi sepanjang sejarah pencatatan suhu.

Studi tersebut dilakukan di 180 negara dan 22 wilayah, sebagaimana dilansir Reuters, awal September 2023.

Menurut Wakil Presiden Bidang Sains Climate Central Andrew Pershing, suhu panas yang melanda Bumi saat ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim yang semakin parah.

"Hampir tidak ada seorang pun di bumi yang lolos dari pengaruh pemanasan global selama tiga bulan terakhir," kata Pershing.

Baca juga: Pekan Pertama Juli Pecahkan Rekor Terpanas, Alarm Krisis Iklim Makin Nyaring

"Di setiap negara yang dapat kami analisis, termasuk belahan bumi selatan, kami melihat suhu yang sulit dicapai – dan dalam beberapa kasus hampir tidak mungkin – tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia," sambungnya.

Sebelumnya juga, suhu rata-rata global selama Juli 2023 secara resmi dinobatkan menjadi bulan terpanas sejak pencatatan suhu dilakukan pada 1850-an.

Layanan pemantau iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), melaporkan bahwa suhu rata-rata Juli 2023 lebih tinggi 0,72 derajat celsius daripada rata-rata periode 1991 hingga 2020.

Bila ditarik lebih jauh, suhu rata-rata Juli 2023 lebih tinggi 1,5 derajat celsius daripada rata-rata tahun 1850 hingga 1900.

Baca juga: 3 Hari dalam Sepekan, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah

Berbagai wilayah di belahan Bumi utara, termasuk Eropa selatan, mengalami gelombang panas ekstrem.

Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan, dunia baru saja menyaksikan pecahnya rekor baru suhu udara global dan suhu permukaan laut global.

“Rekor ini memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi manusia dan planet yang terpapar peristiwa ekstrem yang semakin sering dan intens,” kata Burgess dalam keterangan persnya pada awal Agustus.

Baca juga: Senin 3 Juli, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Pemerintah
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Pemerintah
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Pemerintah
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
LSM/Figur
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
LSM/Figur
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Pemerintah
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
BrandzView
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Pemerintah
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
Pemerintah
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Pemerintah
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
LSM/Figur
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
LSM/Figur
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
LSM/Figur
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau