Padahal, pada 2021-2022, laju deforestasi tertinggi terjadi pada hutan sekunder, yang mencapai 89,1 persen dari total deforestasi.
Di sisi lain, peralihan sistem pertanian monokultur menjadi agroforestri juga dapat menjadi solusi menurunkan laju deforestasi di sektor agrikultur.
Melalui metode ini, pengelolaan tanaman pangan yang disejalankan dengan konservasi hutan tak hanya akan mengurangi aktivitas perambahan lahan, namun juga menjamin keamanan pangan bagi lebih banyak penduduk, tegas Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Restorasi hutan juga harus diutamakan untuk memperbaiki dampak yang telah ditimbulkan deforestasi.
Pada Juni 2021, Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan dekade ini sebagai Dekade Restorasi Ekosistem.
Indonesia harus mengambil bagian kuat dalam upaya tersebut. Salah satunya, dengan membangun kesadaran dan mendukung komunitas lokal dan masyarakat adat, yang selama ini menjadi salah satu penjaga hutan terbaik.
Melalui pelibatan bersama seluruh elemen masyarakat, kita mampu menciptakan perekonomian berkelanjutan lingkungan dan merestorasi kembali fungsi ekosistem hutan.
Dengan demikian, target penyerapan karbon bersih pada 2030 menjadi visi yang benar-benar dapat kita raih.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya