Sangat penting bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk menerjemahkan aspirasi keberlanjutan mereka ke dalam tindakan nyata, mengatasi tantangan implementasi, dan menerapkan strategi jangka panjang.
Baca juga: Baca juga: Schneider Electric Bikin Panduan Dasar untuk Bantu Perusahaan Lakukan Dekarbonisasi
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga perlu menciptakan ekosistem yang mendorong akselerasi aksi sustainability dengan peraturan dan kebijakan yang memadai dan program insentif.
“Seiring dengan kebutuhan mendesak akan sustainability, perusahaan dan pemerintah perlu mengambil aksi kolektif untuk mengambil peran kepemimpinan dalam mendorong perubahan, berkolaborasi, dan memanfaatkan solusi inovatif," imbuh Roberto.
Alasan utama pemimpin perusahaan di Indonesia melakukan investasi sustainability adalah inovasi dan daya saing (50 persen), peningkatan peluang bisnis (48 persen), dan manajemen risiko (40 persen).
Peluang penghematan biaya dan pemenuhan kepatuhan atas regulasi pemerintah melengkapi 5 faktor pendorong teratas yang dipertimbangkan perusahaan ketika membuat keputusan seputar strategi sustainability.
“Sebagian besar pemimpin bisnis di Indonesia mengatakan bahwa memberikan lebih banyak insentif lebih efektif daripada menerapkan hukuman untuk mendorong kepatuhan sektor swasta terhadap tujuan sustainability pemerintah,” ujar Roberto.
Di sisi lain, birokrasi peraturan dan kebijakan yang belum memadai menjadi tantangan utama yang membuat mereka menahan diri untuk berinvestasi lebih pada inisiatif sustainability.
Pemimpin perusahaan di Indonesia menyebutkan bahwa kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja (34 persen), privasi dan keamanan data (31 persen), serta kesetaraan dan manajemen sumber daya manusia (28 persen) menjadi fokus utama dalam inisiatif sustainability-nya.
Daur ulang dan manajemen sampah, serta krisis atau kenaikan biaya energi juga menjadi perhatian para pemimpin perusahaan.
“Hanya saja, isu perubahan iklim belum menjadi prioritas pemimpin perusahaan di Indonesia. Baru 41 persen yang menyatakan siap berkomitmen pada aksi iklim,” kata Roberto.
Sedangkan, dalam upaya mengukur emisi karbon atau gas rumah kaca di Indonesia, Waste Management Audit menjadi metode paling umum yang digunakan, disusul oleh adopsi Carbon Footprinting berdasarkan Greenhouse Gas Protocol.
Baca juga: Industri Mamin Nasional Terbukti Tangguh, tapi Perlu Meningkatkan Upaya Transformasi Digital
Sebagian besar responden Indonesia mengatakan bahwa adopsi sumber energi terbarukan dan efisiensi energi merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi perusahaan.
Akan tetapi, penerapannya masih terkendala oleh belum siapnya infrastruktur dan stabilitas pasokan sumber energi terbarukan di Indonesia. Belum lagi tentang keterbatasan finansial dan kesiapan rantai suplai.
“Sebagai bagian dari ekosistem rantai suplai bagi banyak sektor industri, Schneider Electric berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi sustainability. Tidak hanya melalui solusi dan teknologi, tetapi juga melalui inisiatif Green Heroes for Life,” kata Roberto.
Melalui inisiatif itu, Schneider Electric menggandeng sebanyak-banyaknya mitra swasta dan publik untuk membangun ekosistem pendukung yang bertujuan mempermudah dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya