Dari sisi ekonomi, kata Emil. sagu, keladi, ubi jalar yang bukan produk hasil budidaya belum diperhitungkan sebagai komoditas yang dihitung dalam sektor bisnis.
Oleh karena itu, komoditas seperti ini juga tidak diperhitungkan dalam perhitungan ekonomi negara. Faktor ini menyebabkan pangan lokal semakin bergeser dan digantikan oleh komoditas lain yang memiliki nilai jual.
“Hal ini sangat disayangkan karena jika pangan lokal diperhitungkan secara ekonomi, maka potensi keberlangsungannya juga jadi lebih tinggi. Ketahanan pangan dan kearifan lokal akan tetap terjaga dengan konsep kita menjaga alam dan alam juga akan menjaga kita,” tutur Emil.
Baca juga: Indonesia Butuh Peta Jalan Tekan Mubazir Pangan
Emil menyampaikan, semua pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan ketahanan pangan di lokal dapat tercapai.
Terutama peran pemerintah daerah dalam membantu peningkatan produksi dan teknik penyimpanan jangka panjang pangan lokal penduduk asli Papua seperti sagu, ubi jalar, umbi keladi dalam mengantisipasi cuaca ekstrem dan El Nino.
Kemudian memastikan bahwa sektor bisnis telah konsisten menjalankan prinsip yang sesuai dengan hak asasi manusia (HAM), khususnya dalam aspek sosial dan lingkungan.
Upaya mempopulerkan kembali pangan lokal juga tengah dilakukan di Siak, Provinsi Riau.
Cindi Shandoval, Founder SKELAS dan Heritage Hero Siak, sepakat bahwa pangan lokal mesti dijaga meskipun ada tantangan dalam memastikan kelestariannya.
Baca juga: NTB Didorong Jadi Penyangga Pangan Indonesia Timur
“SKELAS menawarkan pengalaman exclusive Siak traditional dining yang diadakan di Istana Siak. Acara ini menyajikan makanan tradisional Siak yang dimasak langsung oleh maestro,” ucap Cindi.
Dalam exclusive Siak traditional dining, setiap menu disajikan bersama dengan narasi yang disampaikan kepada tamu terkait asal usul makanan, makna dari makanan, hingga bahan baku yang digunakan.
Menu dimasak menggunakan resep turun temurun dan rempah-rempah lokal yang hanya tumbuh di kawasan hutan di Siak. Sehingga, pengalaman ini hanya bisa didapatkan di Siak.
“Kami juga berusaha agar timbul kesadaran bersama menjaga lahan agar rempah lokal tersebut tetap dapat tumbuh di hutan. Selain itu, ada perputaran ekonomi di sana yang bermanfaat bagi masyarakat lokal,” jelas Cindi.
Baca juga: Jadi Salah Satu Lumbung Pangan, Kalsel Didorong Antisipasi Dampak El Nino
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya