“Tindakan awal yang dilakukan pemerintah dan industri untuk menurunkan emisi metana harus berjalan seiring dengan pengurangan permintaan bahan bakar fosil dan emisi karbon dioksida,” sambungnya.
Mengurangi pembakaran bahan bakar fosil saja tidak akan cukup untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.
IEA berpendapat, perlu tindakan lain yang harus diambil, termasuk penghapusan venting dan flaring dalam industri migas serta mencegah kebocoran.
Venting adalah pelepasan gas-gas hidrokarbon yang disengaja dan bersifat kontinyu atau tidak menerus yang dihasilkan dari kegiatan operasi migas.
Baca juga: Sumur Bor Keluarkan Gas Metana di Purworejo, ESDM: Tidak Berbahaya
Sedangkan flaring adalah pembakaran gas yang keluar sebelum memasuki atmosfer dari sistem operasional migas.
Sementara kebocoran metana berasal dari pelepasan gas yang tidak disengaja dan tidak disengaja.
Kebocoran kemungkinan besar terjadi pada peralatan dan fasilitas yang sudah tua dan kurang dirawat secara rutin dan tepat.
Direktur Eksekutif United Nations Environment Programme (UNEP) Inger Andersen mengatakan, mengurangi metana tidak berarti lepas tanggung jawab untuk mewujudkan transisi energi yang adil.
“Namun mengurangi gas metana adalah hal yang mudah untuk dilakukan, sementara kita berupaya melakukan dekarbonisasi ekonomi secara keseluruhan dan mendukung masyarakat kita untuk membangun ketahanan yang lebih besar,” kata Andersen.
Baca juga: Sumur Bor yang Keluarkan Gas Berapi di Purworejo Berjenis Metana, Dapat Dimanfaatkan Jadi Kompor Gas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya