Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yulita Dhuka Wibawati
pranata humas ahli muda Kementerian PUPR

Lulusan Planologi dan Kebijakan Publik

Kemarau Berakhir, Segera Antisipasi Banjir

Kompas.com - 29/10/2023, 09:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Prediksi ini terbukti dengan turunnya hujan di Aceh, Sumut hingga Kalimantan Utara sejak akhir September. Hujan bahkan telah mengakibatkan banjir hingga 1,5 meter di Kabupaten Aceh Utara, banjir besar di Kabupaten Malinau, dan yang terkini banjir di Kabupaten Rokan Hulu.

Kedatangan hujan tentu saja sangat ditunggu-tunggu. Namun, diperlukan antisipasi dalam menghadapi musim hujan agar tidak terjadi bencana hidrometeorologi.

Antisipasi perlu dilakukan dengan belajar pada kejadian-kejadian banjir besar dan tanah longsor pasca-El Nino yang pernah terjadi sebelumnya.

Pada awal 2020, setelah el Nino panjang dari akhir 2018, terjadi banjir di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya yang terparah terjadi di Jakarta pada malam tahun baru tahun 2020, yang diakibatkan curah hujan tertinggi dalam 24 tahun.

Dengan intensitas tertinggi 377 mm/hari, banjir mengakibatkan sejumlah wilayah di Jakarta terendam hingga berhari-hari.

Tidak hanya di Jakarta, banjir awal 2020 juga terjadi di Banten dan Jawa Barat yang mengakibatkan jebolnya tanggul Kali Bekasi dan longsor di Kabupaten Bogor.

Bencana ini mengakibatkan banyak kerugian baik material maupun immaterial. Banyak warga kehilangan rumahnya dan harus mengungsi dalam waktu yang cukup lama, sebelum mendapatkan tempat tinggal baru dari Pemerintah.

Langkah antisipasi

Kita tentu tidak ingin kejadian banjir besar di awal 2020 terulang. Program-program antisipasi menghadapi musim hujan perlu segera dilaksanakan.

Pengerukan sedimen waduk/tampungan air, pembersihan drainase, hingga pemangkasan pohon besar yang berpotensi roboh karena angin kencang, akan lebih mudah dan lebih aman sebelum musim hujan datang.

Waduk merupakan infrastruktur utama dalam sistem pengendalian banjir. Waduk berfungsi sebagai tampungan air hujan di hulu, sehingga air tidak serta merta mengalir ke hilir.

Pengerukan sedimen waduk pada musim kemarau akan lebih optimal karena volume air yang menyusut, sehingga memudahkan pengerjaan.

Pengerukan akan memberikan ruang yang lebih besar untuk tampungan air saat musim hujan yang memperkuat sistem pengendalian banjir.

Pengerukan sedimen juga harus dibarengi dengan pembersihan sungai-sungai di daerah hulu untuk memastikan aliran air masuk ke waduk dengan lancar.

Pekerjaan ini menjadi kewenangan pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah, untuk menjamin sinkronisasi program.

Pembersihan drainase sangat signifikan dalam mengurangi risiko banjir di perkotaan, yang memiliki resapan air rendah.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com