KOMPAS.com – Pemerintah memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 50 megawatt (MW) di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Peletakan batu pertama proyek PLTS tersebut dilaksanakan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (2/11/2023).
Jokowi menyampaikan, proyek PLTS sebesar 50 MW tersebut merupakan pionir pembangkit energi terbarukan di IKN.
Baca juga: Dimulai, Proyek PLTS Berkapasitas 50 Megawatt di IKN
PLTS berkapasitas 50 MW tersebut akan memproduksi energi hijau sekitar 93 gigawatt jam (GWh) per tahun, dan mampu mereduksi emisi 104.000 ton karbon dioksida per tahun.
Jokowi menyampaikan, sistem ketenagistrikan di IKN akan memiliki basis dari energi baru terbarukan (EBT).
“Sehingga kita tidak hanya mampu menghasilkan listrik yang andal, tetapi juga yang bersih dan tidak mencemari lingkungan,” kata Jokowi, sebagaimana dilansir dari pemberitaan Kompas.com.
Untuk mencukupi kebutuhan listrik bagi operasional IKN dan kebutuhan masyarakat yang tinggal di dalamnya, sumber EBT apa saja yang dipakai?
Baca juga: Waskita Beton Jalankan Tiga Program CSR di IKN
Untuk diketahui, IKN rencananya akan memiliki tiga kawasan menurut Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
Pertama, Kawasan Pengembangan IKN (KPIKN) dengan luas wilayah kurang lebih 199.962 hektare.
Kedua, Kawasan IKN (KIKN) dengan luas wilayah kurang lebih 56. 180 hektare.
Ketiga, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) yang merupakan bagian dari KIKN dengan luas wilayah kurang lebih 6.671 hektare.
Menurut Pasal 18 Ayat (3) poin b UU Nomor 3 Tahun 2022, IKN akan menerapkan energi terbarukan untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Baca juga: Perusahaan Energi Arab Saudi Minat Bangun EBT di IKN
Dalam Lampiran II UU Nomor 3 Tahun 2022, energi di IKN akan sepenuhnya alias 100 persen disuplai oleh EBT.
Di ketiga kawasan IKN yakni KPIKN, KIKN, dan KIPP ditargetkan suplai energinya berasal dari sumber terbarukan sepenuhnya pada 2045.
Dari segi pembangkit listrik, ada beberapa jenis PLTS yang dipilih untuk diimplementasikan yakni ladang PLTS, PLTS atap, dan PLTS terapung.
Untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengatasi pasokan listrik tenaga surya yang tidak stabil, IKN akan terhubung dengan sistem ketenagalistrikan Kalimantan.
Selama periode penyinaran matahari yang rendah, IKN akan mengambil pasokan listrik yang dibutuhkan dari sistem ketenagalistrikan Kalimantan.
Sedangkan bila sinar matahari mencapai puncaknya, energi berlebih yang dihasilkan akan disimpan dan diekspor ke sistem ketenagalistrikan Kalimantan.
Baca juga: Tahun Ini, Waskita Beton Geber CSR di IKN
Selain memanfaatkan PLTS, listrik yang disuplai ke IKN juga rencananya berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memastikan komitmen perusahaan pelat merah itu dalam untuk menyalurkan energi hijau ke IKN.
Dia menuturkan, PLN bakal memetakan dan memanfaatkan potensi energi air atau hidro di sekitar IKN untuk PLTA dengan kapasitas sampai dengan 1.000 MW.
"Komitmen PLN menghadirkan listrik yang tidak hanya andal untuk Ibu Kota Baru, tetapi juga bersih sejalan dengan target net zero emissions dalam rangka memanfaatkan potensi energi bersih di Indonesia demi kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya," kata Darmawan, sebagaimana dilansir Antara, Kamis.
Baca juga: Kendaraan Bensin Dilarang Lalu-lalang di IKN, Semua Serba Ramah Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya