KOMPAS.com – Gerakan percepatan penurunan stunting masih terkendala ego sektoral dari berbagai lintas sektor.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulawesi Tenggara J Robert di Kendari, Jumat (24/11/2023).
Robert mengatakan, masih adanya ego sektoral tersebut menyebabkan belum adanya keterpaduan penanganan stunting di semua sektor, sebagaimana dilansir dari situs web BKKBN.
Baca juga: Tanoto Ajak Media Bantu Tuntaskan Masalah Stunting di NTT
Dia mengutarakan hal tersebut dalam pertemuan teknis Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penurunan Stunting bersama Forum Rektor Provinsi Sulawesi Tenggara di Hotel Horison Kendari.
Sementara itu, Sultan Akhar Toruntju dari Forum Rektor Provinsi Sulawesi Tenggara mengatakan, pemenuhan gizi bagi balita harus diperhatikan untuk mempercepat penurunan stunting.
Forum Rektor membeberkan beberapa saran program yang dapat dilakukan dalam evaluasi gizi contohnya literasi pangan dan gizi.
Melalui literasi pangan dan gizi, diharapkan masyarakat dapat meraih pemahaman mengenai informasi gizi dalam upaya meraih pemenuhan gizi seimbang.
Baca juga: Angka Stunting di NTT Turun Signifikan dalam 5 Tahun Terakhir
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada 2022, sebanyak 178 juta anak di dunia mengalami stunting.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada 2022 tercatat 21,6 persen.
Pemerintah Indonesia menargetkan, prevalensi stunting dapat turun hingga 14 persen pada 2024. Kini tersisa sekitar setahun untuk mencapai target tersebut.
Baca juga: Penyerapan Dana Menu Stunting di NTT Baru 38 Persen
Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara Asmar menyampaikan, pada tahun politik, penurunan stunting harus tetap menjadi perhatian penting, selain penanganan kemiskinan ekstrem dan inflasi.
Asmar mengapresiasi mitra yang hadir dalam kegiatan ini, dan menjelaskan bahwa penanganan stunting harus diawali dari perencanan kehamilan.
Perencanaan kehamilan meliputi pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah. Selain itu, penanganan stunting juga harus dilakukan pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak.
Baca juga: Cegah Stunting dari Hulu, Masa Remaja Perlu Terapkan Pola Hidup Sehat
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya