KOMPAS.com – Gunung es terbesar di dunia, A23a, lepas dan hanyut di luar perairan Antarktika. A23a juga merupakan salah satu gunung es tertua di dunia.
Gunung es tersebut sebelumnya sudah terpisah dari Lapisan Es Filchner di Antarktika pada 1986 dan terjebak di Laut Weddell selama lebih dari 30 tahun.
Akan tetapi, gunung es seluas 4.000 kilometer persegi tersebut kini lepas dan hanyut dengan cepat karena arus dan angin kencang melewati ujung utara Semenanjung Antarktika.
Baca juga: Bahaya, Lapisan Es Antarktika Menyusut Drastis dalam 25 Tahun
Dengan ukuran itu, luas A23a lebih besar daripada tiga kali ukuran New York City, Amerika Serikat (AS). Gunung es ini juga memiliki berat hamir 1 triliun metrik ton.
Dilansir dari The Guardian, Senin (27/11/2023) pekan lalu, sangat jarang ada gunung es sebesar itu yang bergerak.
Ahli glasiologi dari British Antarctic Survey Oliver Marsh mengatakan, para ilmuwan kini akan memantau lintasannya dengan cermat.
A23a diperkirakan hanyut bersama arus Antarctic Circumpolar Current yang dikenal sebagai “lorong gunung es” dan kemungkinan berakhir di Samudera Atlantik Selatan.
“Seiring waktu, gunung es itu mungkin akan sedikit menipis dan mendapat sedikit daya apung ekstra yang memungkinkannya terangkat dari dasar laut dan terdorong oleh arus laut,” kata Marsh.
Baca juga: Es Laut Antarktika Alami Rekor Terendah di Musim Dingin
Para ilmuwan masih mencari tahu penyebab lepas dan hanyutnya gunung es tersebut. Beberapa menduga kenaikan suhu Bumi menjadi penyebabnya.
Andrew Fleming, pakar penginderaan jauh dari British Antarctic Survey, mengatakan kepada BBC, gunung es tersebut bergerak selama setahun terakhir dan sekarang tampaknya semakin cepat.
“Saya bertanya kepada beberapa rekan tentang hal ini, bertanya-tanya apakah ada kemungkinan perubahan suhu perairan yang mungkin memicu hal ini, namun konsensusnya adalah waktunya telah tiba,” kata Fleming kepada BBC.
Dilansir dari Business Insider, A23a kehilangan statusnya sebagai gunung es terbesar di dunia pada Mei 2021.
Namun, A23a kembali dinobatkan sebagai gunung es terbesar di dunia pada Oktober 2022 ketika pemegang rekor sebelumnya, A76, pecah menjadi tiga bagian, menurut situs Guinness World Records.
Baca juga: Tanaman Tumbuh Lebih Cepat di Antarktika, Tanda Bahaya Bagi Bumi
Gunung es tersebut kini telah melewati lapisan es Larsen dan memasuki Samudera Atlantik Selatan yang berbahaya.
Saat mengapung menuju Pulau Georgia Selatan, nasib gunung es seukuran 3 kali New York City ini kemungkinan akan berakhir seperti kebanyakan gunung es sebelumnya yakni mencair perlahan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya