Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2023, 11:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan-perusahaan di Indonesia menyatakan, kinerja bisnis mereka secara keseluruhan terkait erat dengan penerapan keberlanjutan sebagai prioritas strategis, mengalami peningkatan investasi.

Sebuah studi terbaru dari SAP Insights menemukan bahwa rata-rata 90 persen bisnis di Indonesia melihat adanya hubungan yang moderat hingga kuat antara keberlanjutan dan profitabilitas perusahaan.

Sementara 91 persen mencatat adanya hubungan antara keberlanjutan dan daya saing. Angka ini lebih tinggi daripada hasil di seluruh Asia Pasifik dan Jepang (71 persen daya saing, 68 persen profitabilitas).

Dampaknya terhadap hasil bisnis mendorong investasi. Di Indonesia, 66 persen perusahaan berniat meningkatkan investasi mereka di bidang keberlanjutan dalam tiga tahun ke depan, yang mengindikasikan adanya hubungan kuat antara keberlanjutan dan prioritas bisnis.

Baca juga: Bangun Kolaborasi Aksi Keberlanjutan, Blibli dan Ecoxyztem Gelar Langkah Membumi Festival

SAP Insights mengumpulkan data dari 250 responden di Indonesia. Mereka merupakan bagian dari total 4.750 responden di 21 negara dan 29 industri yang disigi.

Responden memiliki pengetahuan tertinggi tentang tujuan dan proses keberlanjutan perusahaan mereka. Studi ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2023 melalui survei online.

Bisnis keberlanjutan dorong pertumbuhan

SAP memperlihatkan hasil survei, di Indonesia terdapat 93 persen responden yang melihat strategi keberlanjutan memberikan kontribusi positif pada hasil seperti pertumbuhan pendapatan atau laba pada tingkat sedang atau kuat.

Bahkan, 92 persen responden Indonesia melihat adanya peningkatan moderat atau kuat dalam efisiensi proses bisnis dari kegiatan keberlanjutan.

Lebih dari separuh atau 55 persen perusahaan di Indonesia berharap dapat menunjukkan keuntungan finansial yang positif dari investasi keberlanjutan mereka dalam lima tahun ke depan, dibandingkan dengan 61 persen responden global.

Baca juga: Jaringan 5G dan Perannya terhadap Keberlanjutan

"Keberlanjutan tidak dapat lagi dianggap terpisah dari kinerja keuangan bisnis yang lebih luas karena semakin jelas bahwa perusahaan yang lebih berkelanjutan adalah perusahaan yang lebih sukses," kata Regional Chief Financial Officer, SAP Asia Pacific and Japan Gina McNamara, dalam laporan yang diterima Kompas.com, Selasa (5/12/2023).

Saat ini, dua persen bisnis di Indonesia menyatakan keberlanjutan merupakan hal yang penting bagi hasil bisnis mereka, dan 36 persen lainnya menyatakan bahwa hal tersebut akan menjadi penting dalam lima tahun ke depan.

"Sekarang adalah waktunya untuk menggabungkan pengambilan keputusan keuangan dan lingkungan dalam setiap proses bisnis, jadi kami memperlakukan data karbon sama seperti kami memperlakukan data keuangan," tambah McNamara.

Meskipun begitu, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Kurangnya strategi dampak lingkungan merupakan penghalang utama dalam mengambil tindakan hijau dengan 42 persen perusahaan di Indonesia menganggap hal tersebut sebagai tantangan, angka ini berada di atas rata-rata dunia yang hanya terhitung 32 persen.

Masalah penting lainnya termasuk ketidakpastian yang disebabkan pandemi Covid-19 (40 persen), keraguan terhadap kemampuan mengukur dampak terhadap lingkungan (34 persen), dan kurangnya kejelasan tentang bagaimana tindakan potensial akan selaras dengan strategi organisasi (32 persen).

Perusahaan bidik pendapatan dari keberlanjutan

Mengekstrak nilai dari data keberlanjutan akan menjadi kunci untuk memungkinkan bisnis Indonesia membuktikan laba atas investasi.

Sebanyak 40 persen perusahaan di Indonesia merasa sangat puas dengan kualitas data keberlanjutan yang mereka kumpulkan, naik 10 poin dari tahun lalu (30 persen) dan berada di atas angka global sebesar 23 persen.

Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengukur data keberlanjutan secara langsung tanpa mengandalkan asumsi dan perkiraan.

Baca juga: Transisi Energi Harus Berbasis Keberlanjutan dan Pelibatan Warga Lokal

Perusahaan-perusahaan di Indonesia masih tertinggal dari perusahaan-perusahaan lain di dunia dalam hal mengukur polusi air secara langsung (23 persen di Indonesia vs. 31 persen di dunia), polusi udara (11 persen vs. 13 persen), dan kerusakan alam (18 persen vs. 22 persen).

"Jika data keberlanjutan kita tidak lengkap, maka keputusan yang kita ambil untuk meningkatkan kesehatan planet dan bisnis kita akan diragukan," lanjut McNamara.

Kuncinya adalah mencatat dan melaporkan data keberlanjutan yang akurat, terperinci, dan dapat diaudit, serta mengintegrasikannya dengan data keuangan untuk mengambil keputusan bisnis yang tepat.

Perusahaan gunakan data keberlanjutan di seluruh ekosistemnya

Hal ini menjadi sangat penting mengingat bisnis di Indonesia menggunakan data keberlanjutan untuk mengambil keputusan saat ini.

Sembilan dari sepuluh (92 persen) perusahaan di Indonesia menggunakan data keberlanjutan untuk menginformasikan pengambilan keputusan strategis dan operasional pada tingkat yang cukup kuat.

Baca juga: Transisi Energi Harus Berbasis Keberlanjutan dan Pelibatan Warga Lokal

Hanya satu persen yang tidak menggunakan data keberlanjutan dalam pengambilan keputusan sama sekali.

Namun, ada tanda-tanda kemajuan yang positif. Delapan dari sepuluh (84 persen) perusahaan di Indonesia melaporkan bahwa mereka melakukan pelacakan emisi Cakupan 1 dengan tingkat sedang atau kuat, sementara itu, angka tersebut mencapai 81 persen untuk emisi Cakupan 2, dan 80 persen untuk emisi Cakupan 3.

Demikian pula, bisnis di Indonesia membuat tuntutan keberlanjutan di seluruh ekosistem mereka. Lebih dari tiga perempat (84 persen) responden mengatakan bahwa mereka membutuhkan data keberlanjutan dari pemasok mereka dan 82 persen meminta data dampak lingkungan dari mitra seperti logistik dan pemenuhan pada tingkat yang moderat hingga kuat.

"Manfaat mengintegrasikan data keberlanjutan dan hasil ke dalam bisnis inti sudah jelas," pungkas McNamara.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau