KOMPAS.com - Indonesia memiliki beragam satwa unik dan wajib dijaga kelestariannya, salah satunya adalah jenis kucing hutan.
Ada berbagai spesies kucing hutan di Indonesia. Akan tetapi, keberadaannya terancam punah karena berbagai hal mulai dari perburuan hingga rusaknya habitat.
Selain itu, karena keunikannya, kucing hutan juga diburu untuk dipelihara. Padahal, seharusnya kucing hutan dibiarkan di alam karena perannya sangat vital dalam rantai makanan.
Baca juga: Berbagai Aktivitas Manusia Sebabkan 1.400 Spesies Burung Punah
Salah satu upaya menjaga eksistensi kucing hutan adalah dengan melindunginya melalui peraturan perundang-undangan
Pada 2018, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menetapkan daftar terbaru tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) LHK No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 yang terbit pada tanggal 29 Juni 2018.
Berikut sembilan satwa mamalia keluarga kucing (Felidae) yang dilarang dipelihara karena terancam punah menurut peraturan tersebut.
Baca juga: 2.000 Spesies di Seluruh Dunia Dinyatakan Terancam Punah
Kucing merah (Catopuma badia) adalah hewan endemik Pulau Kalimantan yang termasuk kelompok satwa langka.
Kucing merah memiliki bulu berwarna merah kastanye yang gelap dan berbintik samar dengan kepala yang pendek dan bulat berwarna coklat keabu-abuan.
Ukuran kucing merah hampir sama dengan kucing rumahan yang besar. Beratnya antara 3 hingga 4 kilogram (kg) dengan panjang sekitar 92 sentimeter (cm), termasuk ekor.
Kucing merah hanya ditemukan di Pulau Kalimantan dan tampaknya tersebar luas di pulau itu. Daerah berhutan yang luas di Pulau Kalimantan dianggap sebagai habitat yang cocok untuk kucing merah.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengkategorikan kucing emas sebagai endangered atau genting dengan perkiraan populasi dewasa hanya 2.200 ekor.
Baca juga: Ikan Pari Jawa Dinyatakan Punah, Aktivitas Manusia Jadi Penyebabnya
Habitat kucing emas (Catopuma temminckii) tersebar du wilayah tropis dan subtropis di Asia barat daya, mulai dari China dan India, hingga Semenanjung Melayu, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
Jika dibandingkan dengan kucing kampung, kucing emas memiliki ukuran dan suara yang berbeda.
Tak jarang, warga yang melihat kucing emas kerap mengira sebagai anak harimau.
Kendati disebut kucing emas, warna bulunya cukup bervariatif. Ada yang berwarna emas kecokelatan, cokelat, hitam, merah rubah, dan abu-abu.
IUCN mengkategorikan kucing merah sebagai near threatened atau hampir terancam.
Baca juga: Harimau Sunda Terancam Punah, Berikut Upaya yang Bisa Kita Lakukan
Macan dahan sunda (Neofelis diardi) memiliki habitat di Sumatera dan Kalimantan.
Spesies ini memiliki ukuran tubuh panjang dari ujung hidung sampai ujung ekor 1,5 meter atau lebih.
Warna macan dahan cukup bervariasi dari coklat pasir sangat pucat sampai sangat gelap. Spesies ini memiliki pola bercak-bercak seperti awan pada sisi tubuh.
Macan dahan memiliki gigi-gigi taring atas relatif sangat besar dibandingkan dengan ukuran tengkoraknya.
Macan dahan adalah jenis kucing terbesar di Kalimantan sekaligus menjadi predator puncak di sana. Peran ekologisnya sangat penting karena menjaga keseimbangan populasi satwa mangsa.
IUCN mengkategorikan kucing merah sebagai vulnerable atau rentan dengan perkiraan populasi dewasa hanya 4.500 ekor.
Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Kehidupan Tumbuhan Jadi Punah
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) merupakan satwa endemik di Pulau Jawa.
Populasinya juga diperkirankan terus menyusut karena berkurangnya habitat, perburuan, dan lain-lain.
Oleh IUCN, macan tutul jawa masuk kategori critically endangered atau kritis.
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) memiliki habitat asli di Sumatera. Kucing besar ini merupakan satu-satunya jenis harimau asli Indonesia yang masih hidup.
Jenis lainnya, yaitu harimau Jawa dan harimau Bali, telah punah.
IUCN mengkategorikan harimau sumatera sebagai critically endangered atau kritis karena populasinya tercatat hanya tinggal 400 sampai 500 ekor saja.
Kucing batu (Pardofelis marmorata) banyak ditemukan di hutan Sumatera dan Kalimantan. Di luar Indonesia, kucing batu tersebar di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Kucing batu berukuran sedang dan banyak diburu karena corak bulunya yang indah.
IUCN mengkategorikan kucing batu sebagai near threatened atau hampir terancam.
Baca juga: 40,7 Persen Spesies Amfibi Terancam Punah karena Perubahan Iklim
Kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) adalah jenis kucing hutan yang umum diketahui masyarakat Indonesia.
Bahkan, kucing ini banyak diperjualbelikan secara ilegal. Keberadaannya masih cukup tinggi dan dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Ukuran kucing kuwuk urang lebih sebesar kucing domestik. IUCN mengkategorikan kucing kuwuk sebagai least concern atau berisiko rendah.
Kucing tandang (Prionailurus planiceps) memiliki bentuk kepala yang unik dengan bulu berwarna abu-abu seperti tupai.
Kucing tandang merupakan kucing hutan endemik Asia Tenggara. Di Indonesia, kucing ini banyak ditemukan di hutan Sumatera dan Kalimantan.
Ukurannya sangat kecil, berukuran seperti kucing domestik. Nama lain dari spesies ini adalah kucing kepala datar.
Statusnya dalam IUCN Red List adalah endangered atau terancam punah.
IUCN mengkategorikan kucing tandang sebagai endangered atau genting dengan perkiraan populasi dewasa hanya 2.499 ekor.
Kucing bakau (Prionailurus viverrinus) hidup di sepanjang sungai dan rawa-rawa bakau di hutan Sumatera dan Kalimantan.
Ukurannya sekitar dua kali lipat dari kucing domestik. Kucing ini memiliki keunikan berani dan bisa berenang untuk menangkap mangsanya.
Terdapat selaput di antara jari kakinya yang berguna ketika kucing ini berada di air. IUCN mengkategorikan kucing bakau sebagai vulnerable atau rentan.
Baca juga: Penambangan Pasir Laut Ancam Hiu Berjalan dan Pari Manta yang Hampir Punah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya