Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 12 Februari 2024, 13:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar ke-2 setelah China. 

Komoditas yang saat ini terus berkembang dan memiliki prospek yang sangat baik itu menarik minat sektor swasta menggeluti bisnis rumput laut. Salah di antaranya PT Asia Sejahtera Mina Tbk (AGAR).

AGAR yang didirikan pada 2008, mengeklaim sebagai pemasok rumput laut terbesar di Indonesia.

Hingga saat ini Perseroan telah memasok tiga jenis rumput laut yaitu eucheuma cottoni, echeuma spinosium dan gracilaria.

Baca juga: Daftar Indikator Tujuan 17 SDGs Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

Jenis rumput laut tersebut sangat berguna sebagai material di bidang farmasi, kosmetik dan makanan.

Selain ke seluruh wilayah Indonesia, distribusi rumput laut juga dilakukan ke negara-negara di benua Asia, Eropa hingga Amerika Selatan.

Pada tahun 2019, AGAR melakukan Initial Public Offering (IPO) dan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 26 November 2019.

Langkah ini menjadikan Perseroan menjadi satu-satunya supplier rumput laut yang melantai di BEI.

Saat itu, Perseroan menerbitkan 250.000.000 lembar saham baru dengan harga IPO Rp 110 per lembar saham dan mencatat fully subscribed dengan meraup dana segar Rp 27,5 miliar.

Direktur Utama AGAR Indra Widyadharma mengatakan dalam memenuhi permintaan rumput laut khususnya dari luar negeri, Perseroan bermitra dengan para petani rumput laut yang berada di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Kemitraan Indonesia-Australia Tingkatkan Literasi Anak di NTT

“Kemitraan kami dengan para petani rumput laut sangat bermanfaat bagi persediaan rumput laut pada gudang dengan klasifikasi B yang kami miliki yang berada di Surabaya, Maros dan Makassar," ucap Indra dikutip dari keterangan resmi, Senin (12/2/2024).

Dalam proses bisnisnya, Perseroan mengumpulkan rumput laut dari pemasok yang beranggotakan para petani yang telah menjadi mitra.

Setelah dikumpulkan, dilakukan tes kualitas kadar air dan tingkat kotoran pada rumput laut.

Usai uji kualitas kadar air, rumput laut tersebut dikeringkan kembali dengan cara dijemur hingga kadar air mencapai 38 persen.

“Rumput laut yang telah dikeringkan akan dikemas dan diekspor langsung dari Pelabuhan terdekat dari gudang kami,” imbuhnya.

Baca juga: Komitmen Danone Aqua Dukung Target SGDs Melalui Kemitraan

Selama proses produksi ini, Perseroan menetapkan standar tinggi dan telah lolos uji serta memperoleh sertifikasi dari Kementerian Kelautan & Perikanan dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Beberapa sertifikasi tersebut antara lain Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), Phytosanitary, Standar Kelayakan Pengolahan (SKP) hingga Sistem Resi Gudang.

"Dalam setahun, Perseroan bisa mengekspor hingga 22.000 ton rumput laut," tuntas Indra.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
LSM/Figur
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Swasta
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
LSM/Figur
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
LSM/Figur
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau