Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amazon Dekati Ambang Kritis, Dunia Terancam Kenaikan Suhu

Kompas.com, 18 Februari 2024, 11:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber Nature

KOMPAS.com - Hutan hujan Amazon, Brasil, sedang mendekati titik kritis yang dapat menimbulkan konsekuensi buruk bagi sistem iklim dunia.

Penelitian terbaru dari the Potsdam Institute for Climate Impact research (PIK) yang berbasis di Jerman mengungkapkan, 47 persen dari ‘paru-paru bumi’ ini terancam kenaikan suhu, kekeringan, penggundulan hutan, dan kebakaran pada tahun 2050 mendatang.

Hal ini terjadi pada Amazon bagian tenggara yang telah berubah dari penyerap karbon menjadi sumber karbon.

Ini artinya, wilayah Amazon mengeluarkan lebih banyak gas rumah kaca daripada yang diserapnya.

Seperti yang dijelaskan oleh ilmuwan PIK Boris Sakschewski, tekanan manusia saat ini terlalu tinggi bagi kawasan ini untuk mempertahankan statusnya sebagai hutan hujan dalam jangka panjang.

Baca juga: AS Ajak Presiden Terpilih RI Atasi Perubahan Iklim

Namun masalahnya tidak berhenti di situ. Hutan hujan memperkaya udara dengan banyak kelembapan yang menjadi dasar curah hujan di bagian barat dan selatan benua ini.

"Kemudian hilangnya hutan di satu tempat dapat menyebabkan hilangnya hutan di tempat lain dalam putaran umpan balik yang terjadi dengan sendirinya atau sekadar 'terguling'," cetus Boris, dilansir dari euronews, Minggu (18/2/2024).

Menurut para peneliti yang dikutip dari Nature, Bumi mempunyai sejumlah batasan alami yang, jika dilanggar, dapat menyebabkan suhu menjadi tidak terkendali dan memicu efek domino yang merusak ekosistem dan manusia.

Kematian Amazon adalah salah satunya, bersamaan dengan runtuhnya lapisan es besar di Greenland dan Antartika Barat, matinya terumbu karang di lautan yang lebih hangat, dan runtuhnya arus penting samudera Atlantik.

Dampak hilangnya hutan tidak berhenti di perbatasan Amazon. Mirip dengan sungainya yang besar, pepohonan di Amazon menyedot air dan memompa miliaran ton uap air setiap hari ke flying rivers yang sangat besar.

Kelembapan yang terbawa ke angkasa ini merupakan bagian penting dari Monsun Amerika Selatan, dan sangat penting bagi curah hujan di sebagian besar benua ini.

Baca juga: Tantangan Asia Hadapi Krisis Iklim: Greenwashing hingga Inkonsistensi Kebijakan

Dan karena Amazon secara keseluruhan masih menyimpan karbon setara dengan emisi CO2 manusia saat ini selama 15-20 tahun, melepaskan karbon melalui hilangnya hutan akan meningkatkan pemanasan global secara signifikan.

Dalam studi PIK, teridentifikasi lima ambang batas iklim dan penggunaan lahan yang tidak boleh dilanggar untuk menjaga ketahanan Amazon.

Kelimanya adalah pemanasan global, jumlah curah hujan tahunan, intensitas curah hujan musiman, lamanya musim kemarau, dan akumulasi deforestasi.

Untuk masing-masing faktor pendorong ini, para ilmuwan menyarankan batas-batas aman untuk menghentikan Amazon melintasi titik kritisnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
LSM/Figur
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau