KOMPAS.com - Anak yang terdeteksi stunting perlu untuk segera mendapatkan terapi.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Damayanti Rusli Sjarif mengatakn, terapi dimaksudkan agar anak tersebut tetap cerdas.
Dia menyampaikan, menurut beberapa penelitian, penurunan kecerdasan akibat stunting masih bisa diperbaiki 90 persen jika diterapi sebelum usia dua tahun.
Baca juga: BKKBN Imbau Perempuan Hamil Sebelum 35 Tahun, Demi Cegah Stunting
Pemberian terapi berupa pemberian nutrisi tinggi kalori, nutrisi tinggi protein, san stimulasi bermain.
Apabila anak yang terindikasi stunting tidak segera mendapatkan terapi, otaknya berpotensi tidak berkembang.
Anak tersebut juga rentan mengidap berbagai penyakit di masa depan.
Untuk jangka panjang, kata Damayanti, anak yang kekurangan gizi akan menyebabkan stunting yang berdampak pada daya tahan tubuh.
"Kecerdasan menurun, perkembangan terlambat, serta penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, hipertensi, obesitas, dan lain sebagainya ketika dewasa," ujar Damayanti, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (30/3/2024).
Baca juga: Angka Prevalensi Stunting Kutai Timur Turun Jadi 16,4 Persen
Damayanti menyampaikan, para kader keluarga berencana (KB) atau tim pendamping keluarga (TPK) dapat segera merujuk anak yang terdeteksi berisiko stunting ke dokter spesialis dan memberikan nutrisi atau asupan makanan tinggi protein.
Dia berujar, selain dirujuk ke dokter spesialis anak, balita terdeteksi stunting harus segera diberikan nutrisi sesuai indikasi.
"Untuk mengejar pertumbuhannya dan kontrol teratur sampai balita pulih dari stunting untuk mencegah penurunan kecerdasan," ucap Damayanti.
Selain itu, mengkonsumsi terapi nutrisi yang baik dalam makanan pendamping ASI (MPASI) juga sangat dianjurkan.
Di dalam MPASI perlu diberikan protein hewani setiap kali makan misalnya telur, hati ayam, daging merah, daging ayam, ikan, atau susu.
Baca juga: Ini Upaya Kabupaten Kutai Timur Turunkan Angka Stunting
Ia juga menekankan agar stunting tidak dianggap sebagai penyakit yang sepele dan biasa-biasa saja. Pasalnya, anak yang mengalami stunting, otaknya terancam terganggu.
"Seorang anak yang stunting itu adalah penanda makanan ke otak tidak cukup, sehingga berdampak ketika mau masuk sekolah, anak tersebut akan kesulitan mengikuti pelajaran," tuturnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya