Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti BRIN Tawarkan Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Kompas.com, 20 April 2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Dalam merestorasi gambut, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menawarkan upaya berbasis masyarakat.

Upaya berbasis masyarakat tersebut melalui model agrosilvofishery yaitu sinergitas dan kolaborasi pada sektor pertanian, kehutanan, serta perikanan, pada fungsi budidaya ekosistem gambut.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) BRIN Bastoni mengatakan, model agrosilvofishery dapat diimplementasikan untuk restorasi ekosistem gambut yang terintegrasi berbasis masyarakat.

Baca juga: Cegah Kebakaran, Kalbar Optimalkan Pemanfaatan Lahan Gambut

Selain itu, model tersebut juga sejalan dengan Program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG).

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut dilakukan secara selektif dengan tipologi lahan rawa mineral, lahan rawa mineral bergambut, sampai lahan gambut sedang yaitu kedalaman kurang dari 150 sentimeter (cm).

"Dengan kedalaman dan durasi genangan air ekstrem dalam dan lama, pada fungsi budidaya ekosistem gambut," ungkap Bastoni dalam "Jamming Session Seri Ke-3", Kamis (18/4/2024), dikutip dari situs web BRIN.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Bastoni optimistis implementasi agrosilvofishery di beberapa lokasi Sumatera Selatan dapat meningkatkan diversifikasi komoditas.

Selain itu, model tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat serta mencegah kebakaran lahan gambut.

Baca juga: Aktivis Serukan Setop Alih Fungsi Lahan Gambut, Ada Bahaya Mengintai

"Implementasi model agrosilvofishery terbukti membuka peluang untuk menumbuhkan dan membangun sinergi dan kolaborasi multisektor serta multipihak dalam perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut di Indonesia," tutur Bastoni.

Kepala PREE BRIN Anang Setiawan Achmadi menyampaikan, Indonesia adalah pemilik hutan rawa gambut tropis terluas di dunia yang mencapai 13,4 juta hektare.

Ekosistem unik yang terbentuk secara alami sejak ribuan tahun lalu tersebut memegang peranan penting sebagai salah satu faktor pengendali perubahan iklim global.

Oleh karenanya, upaya restorasi lahan gambut sangat penting untuk membantu melawan perubahan iklim

"Kita perlu dukung melalui aksi nyata berbasis riset dan inovasi, salah satunya yaitu restorasi ekosistem gambut yang melibatkan masyarakat bersama mitra," ujar Anang.

Baca juga: Aktivis Desak Aparat Hentikan Alih Fungsi Lahan Gambut di Sumsel

Sementara itu, Lelawaty Simamora dari Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPKL KLHK) menjelaskan, program DMPG dilakukan sejak 2021.

Ia menyebutkan ada empat tujuan DMPG. Pertama, meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam perlindungan serta pengelolaan ekosistem gambut (EG). Kedua, meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan dalam perlindungan serta pengelolaan EG.

Ketiga, menumbuhkembangkan budaya dan kearifan lokal untuk pelestarian fungsi EG. Keempat, meningkatkan perekonomian masyarakat selaras dengan pelestarian EG.

Sampai 2023, DMPG sudah terbentuk di Sumatera, Kalimantan, dan Papua yang melibatkan perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan mitra lainnya.

"Salah satu strategi keberlanjutan program yaitu melalui integrasi teknologi dan inovasi, serta pelibatan pemangku kepentingan termasuk lembaga riset seperti BRIN," tutur Lelawaty.

Baca juga: 6 Jenis Tumbuhan Ini Direkomendasikan untuk Restorasi Gambut

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
LSM/Figur
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
LSM/Figur
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau