Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbahaya Bagi Lingkungan, Sampah Puntung Rokok Mesti Diatasi

Kompas.com - 01/05/2024, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Sampah puntung rokok menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Sampah jenis ini juga menghasilkan mikroplastik yang membawa kandungan polutan dan dapat membahayakan manusia.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Reza Cordova mengatakan, puntung rokok berupa filter yang berbahan selulosa asetat terurai akan menjadi mikroplastik fiber bila terbuang di lingkungan.

Filter rokok awalnya digunakan untuk menyaring kandungan nikotin dan senyawa kimia berbahaya, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Ingin Kurangi Rokok? Metode Harm Reduction Bisa Jadi Alternatif

Jika dibuang tanpa pengelolaan dan terpapar panas dalam jangka waktu yang lama, fiber yang dibentuk selulosa asetat itu akan lepas satu per satu ke lingkungan.

Ketika terbuang, lapisan kertas yang melapisi selulosa asetat robek. Setelah itu, ujung puntung rokok mengalami fragmentasi.

"Semakin tinggi suhunya akan semakin mempercepat proses fragmentasi yang ada," kata peneliti di Pusat Riset Oseanografi BRIN tersebut dalam diskusi yang diadakan Lentera Anak di Jakarta, Selasa (29/4/2024).

Hasilnya dari penelitian memperlihatkan, 200 partikel mikrofiber lepas per hari di dalam sebuah puntung rokok setelah terpapar di alam.

"Ketika sudah masuk ke laut, ke pantai, ternyata kompleks permasalahannya," ujar Reza.

Baca juga: Tak Hanya Kesehatan, Puntung Rokok Juga Merusak Lingkungan

Ketika sudah dibuang, sampah puntung rokok berpotensi menyerap polutan yang ada di alam.

Sehingga, mikrofiber dari puntung rokok itu tidak hanya terdiri dari benang plastik tapi juga membawa polutan lain.

"Yang jadi masalah kalau itu sudah dilepaskan. Kalau ke udara bisa masuk ke dalam saluran pernapasan manusia atau biota yang hidup di darat," ucap Reza.

Selain itu, plastik mikro fiber dari puntung rokok bisa berakhir di laut dan tidak sengaja termakan ikan, plankton, kerang-kerangan yang dikonsumsi manusia.

"Artinya apa? Racun-racun yang ada di sana sudah lebih kompleks, nanti ujung-ujungnya masuk ke dalam biota, termasuk manusia," kata Reza.

Baca juga: Sama Berbahayanya, Vape dan Rokok Picu Kanker Paru

Melihat bahaya puntung rokok terhadap lingkungan tersebut, Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari mengatakan, dengan tingkat konsumsi rokok yang cukup tinggi di Indonesia, maka dampak dari sampah puntungnya dapat menjadi signifikan jika tidak tertangani.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi sampah puntung rokok adalah dengan menguranginya di tingkat hulu.

"Dengan menurunkan prevalensi perokok maka mengurangi konsumsi rokok, maka akan mengurangi sampahnya," kata Lisda.

Sementara di tingkat hilir, dia menyerukan agar produsen rokok dapat bertanggung jawab dalam penanganan lebih lanjut menangani sampah puntung rokok.

Baca juga: Asap Rokok Konvensional dan Elektrik Dianggap Berisiko Bagi Ibu Hamil Lahirkan Bayi Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Pemerintah
Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

LSM/Figur
Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Pemerintah
Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Pemerintah
RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

Swasta
Berkat Program CSR Vinilon Group dan Solar Chapter, Warga Desa Banuan Kini Merdeka Air Bersih

Berkat Program CSR Vinilon Group dan Solar Chapter, Warga Desa Banuan Kini Merdeka Air Bersih

Swasta
Kelola Limbah Plastik, Amandina Raih Penghargaan 'ESG Tech Environmental Services'

Kelola Limbah Plastik, Amandina Raih Penghargaan "ESG Tech Environmental Services"

Swasta
PBB: Planet yang Sehat  Disumbang dari Laut yang Juga Sehat

PBB: Planet yang Sehat Disumbang dari Laut yang Juga Sehat

LSM/Figur
Perlindungan Terhadap Biodiversitas Tingkatkan Perekonomian Bangsa

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Tingkatkan Perekonomian Bangsa

Pemerintah
Pemerintah Ungkap Indonesia Punya Potensi Energi Surya 3.300 GW

Pemerintah Ungkap Indonesia Punya Potensi Energi Surya 3.300 GW

Pemerintah
Mengintip Strategi Efisiensi Energi Sido Muncul hingga Raih Lestari Awards 2024

Mengintip Strategi Efisiensi Energi Sido Muncul hingga Raih Lestari Awards 2024

Swasta
HUT Ke-70 SGM, Beri Dukungan Gizi dan Pendidikan untuk Generasi Indonesia

HUT Ke-70 SGM, Beri Dukungan Gizi dan Pendidikan untuk Generasi Indonesia

Swasta
Potensi Laut RI Melimpah, Tapi Baru Sumbang 7,9 Persen PDB

Potensi Laut RI Melimpah, Tapi Baru Sumbang 7,9 Persen PDB

Pemerintah
Standar Penegakan Hukum Jadi Katalis Investasi Keuangan Berkelanjutan

Standar Penegakan Hukum Jadi Katalis Investasi Keuangan Berkelanjutan

LSM/Figur
Sri Mulyani Serukan Sinyaling Harga Karbon Internasional

Sri Mulyani Serukan Sinyaling Harga Karbon Internasional

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau