Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percepatan EBT dan Pensiun PLTU Akhiri Beban Subsidi Setrum Negara

Kompas.com - 14/05/2024, 07:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

PLN masih bergulat dengan harga batu bara lantaran nilai tukar rupiah dan dolar. Paparan harga batu bara yang menggunakan dolar terhadap PLN membutuhkan pengelolaan yang cermat, mengingat dinamika pasar dan fluktuasi mata uang,” jelas Yustika.

Per Desember 2023, PLN memiliki 20,4 gigawatt (GW) PLTU batu bara dengan 23 persen di antaranya telah beroperasi lebih dari 20 tahun.

“Pemensiunan bertahap PLTU tua ini akan mengurangi biaya perawatan secara signifikan lantaran manfaat ekonomi pembangkit berkurang seiring usia,” tutur Yustika.

Energi terbarukan jadi solusi

Menurut Yustika, transisi dari energi fosil ke energi terbarukan juga akan membantu mengatasi masalah keuangan PLN.

Baca juga: WWF ke-10, Indonesia Promosi Infrastruktur Berbasis Energi Hijau

“Dengan terus turunnya biaya pengembangan energi terbarukan dan terus meningkatnya biaya operasi PLTU batu bara, saat ini menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia untuk mempercepat pensiun PLTU batu bara dan pembangunan energi terbarukan,” ujarnya. 

Dalam laporan IEEFA, Yustika mengungkapkan, Indonesia diperkirakan tidak dapat merealisasikan target energi terbarukan. Hal ini karena anggapan salah PLN bahwa pembangunan energi terbarukan skala besar itu mahal.

Padahal, kemajuan teknologi energi terbarukan telah membuat produksi energi menjadi lebih efisien, modal belanja serta biaya operasi dan perawatan lebih rendah, serta infrastruktur yang berkelanjutan.

“Secara global, biaya energi terbarukan, terutama surya dan angin, telah turun dalam lima tahun terakhir dan menjadi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar fosil, dan biaya panel surya diperkirakan akan terus turun,” paparnya. 

Baca juga: Target 3 Kali Lipat Energi Terbarukan Kian Cerah, PLTS dan PLTB Melonjak

Di Indonesia, meski peraturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang mewajibkan pemanfaatan produk dalam negeri dalam produksi industrial meningkatkan biaya investasi energi terbarukan, biaya listrik rata-rata atau Levelized Cost of Electricity (LCOE) surya dan angin tetap kompetitif dibandingkan dengan batu bara, dan diperkirakan akan jadi lebih murah pada 2030. 

Kelebihan lain dari proyek energi terbarukan, terutama surya dan angin, adalah teknologi tersebut bisa dibangun jauh lebih cepat dibandingkan dengan pembangkit listrik energi fosil.

"Seiring energi terbarukan menjadi lebih murah dari batu bara, mengurangi ketergantungan Indonesia pada batu bara dan mempercepat pembangunan energi terbarukan akan membantu upaya Indonesia memenuhi komitmen Perjanjian Paris dan target finansialnya,” ujar dia. 

Adapun Indonesia hanya memiliki waktu kurang dari tujuh tahun untuk merealisasikan komitmen Perjanjian Paris.

Meski telah menetapkan target 23 persen pada 2025, namun kontribusi energi terbarukan di bauran listrik Indonesia baru mencapai 13,1 persen pada 2023.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau