Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN dan OceanX Gali Keanekaragaman Hayati Laut Dalam Indonesia

Kompas.com - 20/05/2024, 06:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, baru sekitar 19 persen lautan Indonesia yang terpetakan. Artinya, masih sangat banyak potensi yang bisa digali. 

“Masih banyak potensi bawah laut kita yang perlu digali terutama bagian laut dalam. Keanekaragaman hayati pada laut kita juga masih banyak yang belum diketahui jenis dan manfaatnya," ujar Luhut.

Hal itu ia sampaikan saat konferensi pers "Ekspedisi Laut Indonesia bersama Indonesia-OceanX", yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pushidrosal TNI AL, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Bali, Rabu (15/5/2024).

Baca juga: Konservasi Laut, Pupuk Kaltim Turunkan 6.882 Terumbu Karang Sejak 2011

Kolaborasi ekspedisi antara periset Indonesia dengan OceanX ini bertujuan untuk mengeksplorasi keanekaragaman hayati laut Indonesia yang belum terekspos.

Melalui kerjasama antara OceanX, periset asing, dan periset Indonesia, Luhut berharap Indonesia bisa mengenal wilayah lautnya lebih baik lagi.

“Kunci pertama untuk mengerti dan melindungi lautan adalah menjelajah laut kita sendiri. Tujuan OceanX sama seperti Indonesia, yaitu mengeksplorasi lautan dan memberikan manfaat bagi rakyat,” imbuhnya. 

Sementara itu, periset bidang Bioteknologi Kelautan Pusat Riset Oseanografi BRIN Ariani Hatmanti yang saat ini bergabung dengan peneliti di Kapal Riset OceanX, menjelaskan kegiatan riset tersebut. 

Baca juga: Indonesia-UEA Kerja Sama Tangani Sampah Plastik di Laut RI

“Saat ini, kami berkolaborasi dengan peneliti asing yang berada di OceanX untuk mengungkap biodiversitas, serta memetakan potensi dari mikroba dan biota-biota yang ada,” ujar Ariani.

Adapun ekspedisi dimulai pada Rabu (8/5/2024) di Batam, Kepulauan Riau, melewati beberapa kota di Indonesia. Hingga berakhir pada Minggu (25/8/2024) di Bitung, Sulawesi Utara.

Perlu kolaborasi 

Lebih lanjut, Luhut menjelaskan, Indonesia memiliki titik-titik yang menjadi perhatian dan belum pernah dikunjungi sebelumnya. Saat ini, tim ekspedisi telah mencapai kedalaman sekitar 7.180 meter.

“Beberapa sampel pada kedalaman tersebut sudah kita ambil. Nanti kita akan mengetahui bagaimana kondisi laut kita,” tutur dia.

Kolaborasi dan kerja sama semua kementerian, lembaga, dan pihak terkait di Indonesia adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan. Termasuk melibatkan perguruan tinggi agar mereka bisa belajar dan mendapat pengetahuan langsung dari ahlinya.

Sementara itu, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito menyebut, dibutuhkan strategi matang untuk melakukan eksplorasi laut. 

Baca juga: Tinggi Muka Laut RI Naik Hingga 1,2 Sentimeter per Tahun karena Perubahan Iklim

“Proses kerja sama antara OceanX, periset, dan lembaga, serta kementerian yang ada di Indonesia sudah berjalan sejak awal 2023. Dibutuhkan perencanaan serta koordinasi antar instansi yang matang dalam menentukan jalur dan waktu eksplorasi,” kata Mego.

Perencanaan jalur dan titik eksplorasi, juga memiliki tujuan berbeda-beda. Misalnya, untuk melihat patahan megathrust akibat gempa di Aceh 20 tahun lalu, eksplorasi dilakukan di barat pulau Sumatera.

“Setelah sampai di titik yang lain, maka akan dilakukan pengamatan yang berbeda. Misalnya, pemantauan atmosfer atau biota laut,” imbuhnya.

Kegiatan eksplorasi bersama OceanX juga melibatkan periset yang ada di darat. Sebab, tidak semua kegiatan eksplorasi dilakukan dari atas kapal riset.

“Sebagai contoh, periset yang ingin fokus meneliti kandungan mineral dari sampel laut dalam bisa berkoordinasi dengan periset yang ada di kapal riset untuk kebutuhan sampel,” pungkasnya.

https://www.brin.go.id/news/118616/bersama-oceanx-brin-eksplorasi-laut-dalam-indonesia 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Transportasi Rendah Emisi, PLN Gandeng KAI Wujudkan Elektrifikasi Jalur Kereta Api
Dukung Transportasi Rendah Emisi, PLN Gandeng KAI Wujudkan Elektrifikasi Jalur Kereta Api
BUMN
Mentan: Tidak Semua Miskin, 27 Ribu Petani Muda Cuan hingga Rp 20 Juta per Bulan
Mentan: Tidak Semua Miskin, 27 Ribu Petani Muda Cuan hingga Rp 20 Juta per Bulan
Pemerintah
Percepatan Net Zero 2050, MKI Integrasikan Emisi GRK ke Perencanaan Bisnis Strategis
Percepatan Net Zero 2050, MKI Integrasikan Emisi GRK ke Perencanaan Bisnis Strategis
Swasta
Nilai Ekonomi Karbon dan Politik Keberlanjutan
Nilai Ekonomi Karbon dan Politik Keberlanjutan
Pemerintah
Sampah Jadi Energi: Bisa Jadi Solusi Maupun Petaka, Risikonya Terlihat Mata
Sampah Jadi Energi: Bisa Jadi Solusi Maupun Petaka, Risikonya Terlihat Mata
Pemerintah
Investor Global Ultimatum, Stop Deforestasi Sebelum 2030, atau Modal Hijau Terhenti
Investor Global Ultimatum, Stop Deforestasi Sebelum 2030, atau Modal Hijau Terhenti
Swasta
Genjot Jaringan Listrik ASEAN, ADB-Bank Dunia Rilis Pendanaan Baru
Genjot Jaringan Listrik ASEAN, ADB-Bank Dunia Rilis Pendanaan Baru
Pemerintah
Akademisi UB: Pemanfaatan Geotermal di Indonesia Masih Jauh dari Maksimal
Akademisi UB: Pemanfaatan Geotermal di Indonesia Masih Jauh dari Maksimal
Pemerintah
Nyanyian Lontar di Rai Hawu: Saatnya Adaptasi Iklim Berpijak pada Kekuatan Lokal
Nyanyian Lontar di Rai Hawu: Saatnya Adaptasi Iklim Berpijak pada Kekuatan Lokal
Pemerintah
Penjurian Asia ESG Positive Impact Awards 2025 Resmi Selesai
Penjurian Asia ESG Positive Impact Awards 2025 Resmi Selesai
Swasta
Mau Proyek Sampah Jadi Energi Sukses? Kuncinya Duit, Transparansi, dan Kebijakan Jelas
Mau Proyek Sampah Jadi Energi Sukses? Kuncinya Duit, Transparansi, dan Kebijakan Jelas
Swasta
20 Kura-Kura Leher Ular Rote Dilepasliarkan, Agar Tak Lagi Jadi Terlangka di Dunia
20 Kura-Kura Leher Ular Rote Dilepasliarkan, Agar Tak Lagi Jadi Terlangka di Dunia
Pemerintah
FAO: Hutan Tetap Terancam meski Deforestasi Global Melambat dalam Satu Dekade Terakhir
FAO: Hutan Tetap Terancam meski Deforestasi Global Melambat dalam Satu Dekade Terakhir
Pemerintah
Papua Terancam Jadi Sumatera Kedua, Jadi Langganan Kebakaran Gambut
Papua Terancam Jadi Sumatera Kedua, Jadi Langganan Kebakaran Gambut
LSM/Figur
Demi NZE 2060, RI Tak Boleh Korbankan Hutan dan Gambut untuk Transisi Energi
Demi NZE 2060, RI Tak Boleh Korbankan Hutan dan Gambut untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau