Bilal mengatakan, penelitian terbaru tersebut mengambil pandangan yang lebih holistik terhadap dampak ekonomi dari perubahan iklim dengan menganalisisnya dalam skala global, bukan pada skala masing-masing negara.
Dia menambahkan, pendekatan tersebut menangkap sifat saling terkait dari dampak fenomena ekstrem seperti gelombang panas, badai, banjir, dan dampak buruk iklim lainnya yang merusak hasil panen, menurunkan produktivitas pekerja, dan mengurangi investasi modal.
Penelitian tersebut menemukan, dampak ekonomi dari krisis iklim akan seragam di seluruh dunia.
Bahkan dengan pengurangan emisi yang besar sekalipun, perubahan iklim akan menimbulkan dampak ekonomi yang besar.
Sekalipun pemanasan global dapat dikendalikan hingga kurang dari 1,5 derajat celsius pada akhir abad ini, kerugian PDB masih sekitar 15 persen.
"Perekonomian mungkin terus tumbuh, namun pertumbuhannya akan berkurang karena perubahan iklim. Ini akan menjadi fenomena yang berlangsung lambat, meskipun dampaknya akan sangat terasa ketika terjadi," tutur Bilal.
Baca juga: Kemenkes: Perubahan Iklim Sebabkan Kasus DBD Naik di RI
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya