Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Aset Mangkrak Bahan Bakar Fosil dari Transisi Energi

Kompas.com - 03/06/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Aset bahan bakar fosil yang mangkrak dalam proses transisi energi menjadi salah satu risiko yang perlu diantisipasi.

Salah satu aset mangkrak dari energi fosil adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, salah satu kontributor emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar.

Analis Senior Institute for Essential Services Reform (IESR) Farid Wijaya mengatakan, aset mangkrak dapat berupa bangunan, peralatan, permesinan, transportasi, logistik, serta aktivitas industri yang bergantung pada bahan bakar fosil.

Baca juga: Bahan Bakar Fosil di Sumsel Masih Dominan, Energi Terbarukan Minim

Farid menyampaikan, di Indonesia aset mangkrak diperkirakan berupa proses hulu industri bahan bakar fosil.

Beberapa faktor yang menyebabkan aset mangkrak seperti pembatasan penggunaan bahan bakar fosil, penetapan harga karbon, kenaikan harga, serta perubahan ke energi terbarukan.

Farid menuturkan, aset mangkrak dapat diminimalisasi dengan pembuatab peta jalan energi terbarukan. 

Mengutip kajian IRENA, pembuatan peta jalan transisi energi dengan yang rinci dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai langkah yang perlu diambil oleh para pemangku kepentingan.

"Beberapa mitigasi risiko juga perlu dilakukan dalam transisi energi," kata Farid dilansir dari situs web IESR, Jumat (31/5/2024).

Baca juga: 4 Proyek Energi Hijau PLN Bakal Beroperasi Tahun Depan

Pertama, pemetaan dan analisis dari risiko. Contohnya pemetaan kerangka kebijakan, peta jalan dan strategi nasional dan dampaknya terhadap aset. 

Kedua, analisa dan konseptualisasi opsi mitigasi. Misalnya saja memahami nilai aset keseluruhan.

Ketiga, mengidentifikasi faktor penentu atau key enabler mengatasi risiko aset mangkrak.

Menurut Farid, penggunaan gas bumi bisa menjadi alternatif jangka pendek hingga menengah dalam memanfaatkan aset yang berpotensi mangkrak. 

Mengutip data IRENA, gas bumi diperkirakan akan tetap digunakan hingga 2050 sebanyak hampir 7 persen dari total komoditas perdagangan energi. 

Baca juga: Lebih Hemat Energi, 55 Lampu Tenaga Surya Hadir di Wilayah Sumenep

Pengembangab teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage and utilization (CCUS) bisa diterapkan.

CCUS dapat menangkap emisi karbon baik pembakaran pada pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) atau produksi hidrogen biru, dengan penangkapan karbon mencapai di atas 95 persen.

Farid menggarisbawahi keterbatasan dari segi kebijakan dan regulasi karena masih berbasis bahan bakar fosil dengan performa yang harus dikontrol secara ketat. 

"Selain itu, konservasi energi menjadi bagian penting dalam upaya dekarbonisasi yang perlu diadopsi karena mudah dilakukan dan minim biaya," kata Farid.

Farid menilai, konservasi energi perlu dilaksanakan pada seluruh tahap pengelolaan energi.

Hal tersebut meliputi pengelolaan sisi hulu yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya energi dan pengelolaan sisi hilir yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi. 

Baca juga: Efisiensi Energi Global Perlu Naik 2 Kali Lipat pada 2030

Kami mengundang perusahaan yang memiliki program keberlanjutan dan menginspirasi publik untuk mendukung akselerasi pencapaian SDGs di Indonesia. Kunjungi Lestari Awards 2024

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Pemerintah
Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Pemerintah
Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Swasta
Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Pemerintah
Jemput Energi Terbarukan, PLN Bakal Integrasikan Transmisi Lintas Pulau

Jemput Energi Terbarukan, PLN Bakal Integrasikan Transmisi Lintas Pulau

BUMN
Alison Chan Dorong Strategi Investasi Berkelanjutan hingga Raih Penghargaan PBB

Alison Chan Dorong Strategi Investasi Berkelanjutan hingga Raih Penghargaan PBB

Pemerintah
Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Swasta
Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah
Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Pemerintah
Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Swasta
Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

LSM/Figur
Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

LSM/Figur
Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

LSM/Figur
Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

LSM/Figur
Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau