Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Perusahaan Belum Susun Peta Jalan Pengurangan Sampah

Kompas.com - 18/06/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum menyusun roadmap atau peta jalan pengurangan sampah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 75/2019.

Hal tersebut dikemukakan oleh konsorsium lingkungan Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC).

Founder NZWMC Ahmad Safrudin menuturkan, Permen LHK Nomor 75/2019 memandatkan perusahaan manufaktur, retail serta hotel, restoran dan katering (horeka) menyusun peta jalan pengurangan sampah.

Baca juga: Sampah Plastik Idul Adha Tahun 2024 Diperkirakan Tembus 608 Ton

"Sebagian besar perusahaan belum mematuhi ketentuan penyusunan roadmap pengurangan sampah," kata Ahmad, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (15/6/2024).

Selain perusahaan, provinsi dan kabupaten atau kota juga belum menyusun rencana aksi penanganan sampah yang selaras dengan aksi pengurangan sampah.

Ketua Harian NZWMC Amalia S Bendang menambahkan, dari hasil pelaksana Audit Sampah Sungai Ciliwung 2023 menunjukkan, sungai tersebut telah menjadi bejana sampah yang unik.

Dari total 32.364 sampah yang berhasil dipilah dari enam titik sampling Sungai Ciliwung, terdapat 10 jenis sampah yang ditemukan.

Baca juga: Tangani Sampah Citarum, Jabar Terjunkan Personel dan Alat Berat

Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya adalah material polimer termasuk kain, karet, kayu, kertas, logam, plastik, serta gabus.

Sampah plastik paling banyak ditemukan secara konsisten di berbagai titik dalam bentuk kantong kresek baik secara utuh maupun serpihan dengan total akumulasi mencapai 19.466 buah atau sekitar 67,88 persen dari keseluruhan sampah yang berhasil dikumpulkan dan dipilah.

Posisi ini disusul oleh bentuk sampah bungkus dan saset plastik yang berhasil dipilah masing-masing sekitar 3.974 dan 3.324 buah atau sekitar 13 persen dan 11 persen dari total akumulasi sampah keseluruhan.

Selain itu, sampah bernilai ekonomi seperti botol PET dan cup PP juga masih mengalir di Sungai Ciliwung.

Amalia menyampaikan, timbulan sampah di badan sungai menjadi cermin cara pengelolaan persampahan yang berlangsung saat ini.

Baca juga: Emisi dari Sampah Ditarget Net Zero Tahun 2050

"Produsen, retail, horeka masih belum sungguh-sungguh menjalankan upaya pengurangan sampah sesuai amanat regulasi," ujar Amalia dalam sebuah diskusi.

Menurut Ahli pengelolaan kualitas udara Esrom Hamonangan, mengurangi timbulan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Contohnya adalah merancang dan merencanakan proses industrialisasi produk dengan material yang berpotensi menjadi sampah.

Kemudian mengembangkan pola konsumsi secara menyeluruh, global, dan holistik dalam lingkup makro kemudian diturunkan menjadi berbagai kegiatan teknis pada tingkat mikro.

"Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim," ujarnya.

Baca juga: Mengenal Pengolahan Sampah Berbasis Carbon Neutral, Solusi Masalah Sampah Plastik di Tanah Air

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com