Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/06/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pembersihan menyeluruh tumpahan minyak di Singapura membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

Tumpahan minyak bermula akibat bertabrakannya kapal keruk berbendera Belanda dan kapal tanker berbendera Singapura pada 14 Juni lampau.

Beberapa hari kemudian, tumpahan minyak menyebar ke wilayah pantai selatan Singapura, termasuk kawasan resor Sentosa.

Baca juga: Paramount dan noovoleum Olah Minyak Jelantah Jadi Energi Terbarukan

Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura mengatakan, berbagai organisasi publik dan swasta ikut terjun dengan lebih dari 700 personel untuk operasi pembersihan.

Otoritas menambahkan, telah terkumpul 550 ton pasir dan puing-puing yang terendam minyak dari pantai-pantai yang terkena dampak.

Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu mengatakan, pihak berwenang sedang memantau dampak jangka panjang di lokasi yang sensitif terhadap keanekaragaman hayati.

Fu menambahkan, upaya pembersihan kini memasuki tahap selanjutnya, sebagaimana dilansir The Star, Selasa (25/6/2024).

Baca juga: Cinema XXI Olah Minyak Jelantah Jadi Biofuel

"Tahap pertama pembersihan difokuskan pada menghilangkan tumpahan minyak dan pasir yang terkontaminasi dari permukaan pantai yang terkena dampak dan mengerahkan penghalang untuk menghindari kontaminasi lebih lanjut," tutur Fu.

Dalam pernyataan bersama pada Senin oleh tujuh lembaga yang terlibat dalam upaya pembersihan minyak, berdasarkan citra satelit dan drone, tidak tampak tumpahan minyak di sepanjang Pantai Timur dan Changi sejak 18 Juni.

"Sebagian besar pasir yang terkontaminasi minyak telah dihilangkan dari sebagian besar pantai umum yang terkena dampak, kecuali pantai Tanjong dan Palawan di Sentosa," bunyi pernyataan tersebut.

Fu mengatakan, fase selanjutnya akan lebih kompleks dan fokus pada area yang sulit dibersihkan seperti tumpukan batu, pemecah gelombang, dan minyak yang terperangkap jauh di dalam pasir.

Hal ini tidak mudah karena tempat-tempat tersebut tidak dapat diakses seperti garis pantai dan permukaannya tidak rata.

Baca juga: BRIN: Olah Minyak Jelantah Jadi Bahan Bakar Pesawat Tergantung Harga Avtur

"Minyak yang masuk ke celah-celah batu harus dihilangkan seluruhnya. Kami ingin meminimalkan minyak yang keluar agar tidak mencemari area lain," ucap Fu.

Dia menambahkan, berbagai lembaga akan menguji berbagai metode pembersihan untuk menemukan metode paling cocok bagi masing-masing lokasi dan menyempurnakan operasi mereka seiring berjalannya waktu.

Operasi pembersihan dimulai di Pantai Siloso pada 21 Juni. Dalam beberapa pekan mendatang, operasi serupa akan dilakukan di Sentosa Cove, Cagar Alam Labrador, dan East Coast Park.

"Kami memperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga bulan untuk menyelesaikan tahap pembersihan berikutnya. Setelah itu kami akan secara bertahap membuka kembali area umum yang terkena dampak," ucap Fu.

Aktivitas laut hanya akan dilanjutkan jika kualitas air dinilai aman untuk aktivitas kontak primer.

Baca juga: Rencana Malaysia Jalankan Diplomasi Orangutan, Rayu Negara Lain Beli Minyak Sawitnya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun 'Smart Grid' dan Jaringan Transmisi

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun "Smart Grid" dan Jaringan Transmisi

BUMN
Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

LSM/Figur
Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Pemerintah
Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Pemerintah
Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

LSM/Figur
Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Pemerintah
15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan 'Memoar Pegiat Harmoni Bumi'

15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan "Memoar Pegiat Harmoni Bumi"

LSM/Figur
Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Pemerintah
Mengenal 'Net Zero Emission' hingga Strateginya

Mengenal "Net Zero Emission" hingga Strateginya

LSM/Figur
Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

LSM/Figur
Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Pemerintah
Prancis Berencana Jadikan 'Spare Part' PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Prancis Berencana Jadikan "Spare Part" PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Pemerintah
Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Pemerintah
Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

LSM/Figur
KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau