Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UGM Rancang Teknologi Dekarbonisasi, Serap Karbon 30-50 Kali Lipat

Kompas.com - 28/06/2024, 18:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dua peneliti dari Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUIPT) Microalgae Biorefinery Universitas Gadjah Mada (UGM) merancang purwarupa Algaetree.

Ini merupakan teknologi dekarbonisasi untuk mengatasi produksi karbon atau CO2 di udara terbuka.

CEO Algatech Nusantara Rangga Wishesa mengatakan, dua peneliti itu adalah Guru Besar Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM Prof Arief Budiman dan Dosen Fakultas Biologi UGM Dr Eko Agus Suyono.

Melalui kerja sama dengan startup PT Algatech Nusantara, purwarupa tersebut berhasil dikembangkan menjadi produk bernama "Microforest 100".

Baca juga:

"Instalasi setinggi dua meter tersebut berfungsi untuk menyerap karbon di udara dengan teknologi fotobioreaktor,” kata Rangga, dikutip dari Antara, Jumat (28/6/2024).

Rangga mengaku senang bisa bekerja sama mengembangkan prototipe peneliti UGM, sekaligus dapat membantu menambahkan beberapa fitur pelengkap seperti pengembangan desain, fabrikasi, dan penambahan alat-alat sensor kondisi kultivasi, agar Microforest mampu bekerja secara maksimal.

Serap karbon dioksida dalam jumlah besar

Menurut Rangga, sistem "Microforest 100" akan dapat menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, bahkan setara dengan lima pohon dewasa berumur sekitar 15 tahun.

Hal itu dilatarbelakangi pada kemampuan mikroalga yang dapat menyerap karbon dioksida 30-50 kali lipat lebih banyak dibanding tanaman terestrial saat ini.

Adapun alat Microforest 100 itu kemudian ditempatkan kali pertama di Masjid Raya Syeikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, karena tingginya tingkat pengunjung masjid tersebut.

Alat tersebut diletakkan di ruangan terbuka, dengan tujuan dapat menyerap CO2 atau karbon dioksida yang dihasilkan pengunjung.

Baca juga: Ternyata, Dekarbonisasi Industri di Indonesia Belum Beranjak Jauh

Menurut salah satu peneliti, Dr Eko Agus Suyono, mikroalga masih memiliki potensi agar dikembangkan menjadi produk olahan lain, seperti bahan bakar bioenergi.

Harapannya, potensi tersebut dapat dieksplorasi lebih lanjut untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas ke depannya.

"Dengan begitu, pengurangan emisi karbon dapat berlangsung secara masif dalam mengatasi perubahan iklim," ujar Eko Agus.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau