KOMPAS.com - Dari berbagai laporan, setidaknya 1.300 jemaah wafat di Arab Saudi saat menjalani ibadah haji tahun ini.
Gelombang panas disinyalir menjadi penyebab utama banyaknya jemaah haji yang meninggal di Tanah Suci, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (28/6/2024).
Reuters melaporkan, pada 16 hingga 18 Juni, terkadang suhu mencapai 47 derajat celsius. Di Masjidil Haram, Mekkah, suhu dilaporkan pernah melebihi 51,8 derajat celsius.
Baca juga: 500 Lebih Jemaah Haji Meninggal, Krisis Iklim Ancaman Serius
Menurut asesmen yang dilakukan ClimaMeter, perubahan iklim menjadi penyebab utama tingginya suhu di Arab Saudi saat ibadah haji.
Pemantau yang dikembangkan Laboratoire des Sciences du Climat et de l'Environnement di Perancis tersebut menyampaikan, tanpa perubahan iklim, suhu di Arab Saudi selama periode ibadah haji bisa lebih dingin 2,5 derajat celsius.
Asesmen tersebut dilakukan oleh para ilmuwan di ClimaMeter berdasarkan observasi satelit selama 40 tahun terakhir untuk membandingkan pola cuaca dari 1979 hingga 2001 dan 2001 hingga 2023.
Kawasan gurun Arab Saudi memang dikenal dengan suhu yang menyengat ketika siang hari. Namun perubahan iklim membuat suhu di sana menjadi semakin intens.
Baca juga: Indonesia dan Arab Saudi Bahas Kontrak Jangka Panjang Penyelenggaraan Haji
Asesmen tersebut juga menemukan, suhu panas yang tak biasa di Arab Saudi beberapa kali terjadi pada periode Mei hingga Juli pada sebelum-sebelumnya.
Namun, berdasarkan asesmen ClimaMeter, bulan Juni tahun ini bertepatan dengan ibadah haji mengalami gelombang panas yang lebih parah.
"Panas mematikan selama haji tahun ini terkait langsung dengan pembakaran bahan bakar fosil dan berdampak pada jamaah yang paling rentan," kata Davide Faranda, ilmuwan di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis yang turut melakukan asesmen di ClimaMeter.
Perubahan iklim telah membuat gelombang panas menjadi lebih panas, lebih sering, dan bertahan lebih lama.
Baca juga: Usai Puncak Haji Melelahkan, Jemaah Diimbau Jaga Kondisi dan Sesuaikan Aktivitas
Temuan sebelumnya dari para ilmuwan yang tergabung World Weather Attribution (WWA) menunjukkan, rata-rata secara global, gelombang panas menjadi 1,2 derajat celsius lebih panas dibandingkan pada masa pra-industri.
Otoritas medis pada umumnya tidak mengaitkan kematian yang terjadi dengan cuaca panas, tapi lebih disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan suhu panas dan diperburuk suhu tinggi.
Meski begitu, para ahli mengatakan, kemungkinan besar panas ekstrem berperan besar terhadap 1.300 kematian saat ibadah haji tahun ini.
Direktur Power Shift Africa Mohamed Adow mengatakan, perubahan iklim kini telah berdampak serius terhadap salah satu rukun Islam yakni berhaji.
Dan perubahan iklim tak bisa dilepaskan dari penyebabnya yakni pembakaran bahan bakar fosil yang masif.
Baca juga: Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya