KOMPAS.com - Dunia terancam meleset dalam mencapai target peningkatan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada 2030 mencapai kapasitas terpasang 11,2 terawatt (TW).
Target tersebut disepakati dalam COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) tahun lalu.
Menurut laporan terbaru International Renewables Energy Agency (Irena) dalam Renewable Energy Statistics 2024, dunia harus meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebesar 16,4 persen per tahun untuk mencapai target pada 2030.
Baca juga: China Jawara Pengembangan Energi Terbarukan Global, Getol Bangun PLTS dan PLTB
Di sisi lain, meski pengembangan energi terbarukan global meningkat pesat, tahun 2023 kapasitas yang terpasang baru 14 persen alias masih di bawah jalur.
Jika kenaikan energi terbarukan stabil 14 persen tiap tahun, kapasitas energi terbarukan global adalah 9,7 TW, selirih 1,5 TW dari target yang ditentukan.
Di sisi lain, jika kenaikan energi terbarukan hanya 10 persen per tahun, kapasitas energi terbarukan yang tercapai hanya 7,5 TW pada 2030, alias meleset sepertiga dari target.
Direktur Jenderal Irena Francesco La Camera mengatakan, energi terbarukan memang semakin mengungguli bahan bakar fosil, namun ini bukan saatnya untuk berpuas diri.
Dia menambahkan, energi terbarukan harus tumbuh dengan kecepatan dan skala yang lebih tinggi.
Baca juga: PLN Didorong Fokus Transmisi Listrik, Swasta dan BUMN Pembangkit Energi Terbarukan
"Jika kita melanjutkan tingkat pertumbuhan saat ini, kita hanya akan menghadapi kegagalan dalam mencapai tiga kali lipat target energi terbarukan yang disepakati dalam Konsensus UEA pada COP28, yang akibatnya membahayakan tujuan Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030," ucap La Camera.
Dia berujar, Irena berkomitmen untuk mendukung negara di dunia dalam upaya mencapai target tersebut.
"Namun kita memerlukan tindakan kebijakan yang konkret dan mobilisasi keuangan secara besar-besaran dengan kecepatan penuh untuk mencapai tujuan kita bersama," ujar La Camera.
Dalam hal pembangkit listrik, data terbaru pada 2022 masih menunjukkan adanya kesenjangan regional dalam penerapan energi terbarukan.
Asia memegang posisinya sebagai produsen listrik dari pembangkit energi terbarukan global dengan 3.749 Terawatt jam (TWh), diikuti oleh Amerika Utara yakni 1.493 TWh.
Baca juga: IESR: Power Wheeling Percepat Pengembangan Energi Terbarukan RI
Lonjakan yang paling mengesankan terjadi di Amerika Selatan, di mana produksi listrik dari energi terbarukan meningkat hampir 12 persen menjadi 940 TWh.
Sementara itu, Afrika mengalami pertumbuhan produksi listrik dari energi terbarukan yang tidak terlalu besar, hanya 3,5 persen pada 2022.
Di satu sisi, Afrika memiliki potensi yang sangat besar dan kebutuhan yang sangat besar akan pertumbuhan yang cepat dan berkelanjutan.
Menyadari adanya kebutuhan mendesak akan dukungan dan pendanaan, Irena memajukan inisiatif di Afrika bernama Accelerated Partnership for Renewables in Africa (APRA).
Irena juga sedang mempersiapkan forum investasi yang berfokus pada negara-negara anggota APRA pada akhir tahun ini.
Baca juga: Tertarik Lamar Green Jobs? Ini Situs Lowongan Kerja Energi Terbarukan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya