Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 24 Juli 2024, 07:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

 JAKARTA, KOMPAS.com - Prinsip ekonomi sirkular yakni mempertahankan nilai produk dan sumber daya selama mungkin, semakin banyak diadaptasi di dunia, termasuk Indonesia. 

Boolet, merupakan salah satu gerakan dalam bentuk usaha yang berupaya menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia, dengan membangun ekosistem ekonomi sirkular

Chief Operations Officer (COO) Boolet, Vanessa, menjelaskan bahwa Boolet bertujuan memberikan kehidupan baru pada bahan-bahan alami bekas dengan mengubahnya menjadi sesuatu yang berharga, tahan lama, dan berguna.

Hadir sejak tahun 2021, pihak Boolet berangkat dari mengolah sumpit dan tusuk sate sekali pakai. Namun, ke depannya, tidak menutup kemungkinan bahan yang diolah semakin beragam. 

"Kami mulai dari akhir 2021. Kenapa kita namain Boolet? Karena sebenarnya kita mau mengangkat topik circular economy. Jadi ke depannya kami tidak hanya mau fokus di tusuk sate dan sumpit. Mungkin ke depannya kalau kami menemukan solusi lain untuk sampah lain, kami tidak mau melimitasi diri," terang Vanessa, saat ditemui di Festival Ekonomi Sirkular di Taman Menteng, Jakarta, Kamis (18/7/2024). 

Baca juga: Coca-Cola Dukung Ekonomi Sirkular, Terapkan Daur Ulang Botol RPET

Ia menjelaskan, ide mengolah sumpit dimulai pertama kali saat pandemi. Kala itu, pihaknya menyadari bahwa masih jarang Bank Sampah ataupun waste management yang mau menerima dan mengolah sumpit sekali pakai. 

"Dari situ kami mulai mikirin 'Oh gimana, ini bisa diapain sih?' Karena sebenarnya yang kami  terima masih dalam keadaan baru dan numpuk. Jadi kami mencoba untuk mencari solusi untuk tusuk sate dan sumpit ini," imbuhnya. 

Olah sumpit jadi barang berguna

Vanessa mengungkapkan, pihaknya bekerjasama dengan berbagai Bank Sampah dan waste management untuk pengumpulan sumpit serta tusuk sate. Dalam sebulan, Boolet rata-rata menerima 6-10 ton sumpit maupun tusuk sate dari Jabodetabek.  

"Sampai di workshop kami, ada tiga proses sterilisasi. Pakai sabun dan air, kami panggang di oven, menggunakan suhu panas, lalu kami masukkan ke ruang sinar UV. Nah dari situ, baru kami press. Jadi panel seperti ini, lalu dihaluskan. Dari panel yang sudah dihaluskan, baru kami rakit sesuai request," papar dia. 

Setelah melalui proses sterilisasi dan penghalusan, barulah kumpulan sumpit dibentuk sesuai permintaan dari klien.

"Jadi bisa membentuk apa aja yang orang mau. Jadi kalau yang requestnya meja, kami bikinin meja. Ini ada tatakan gelas, ada kotak tisu, kacamata," terang Vanessa.

Adapun untuk harganya, barang kecil yang mudah dibentuk seperti tatakan gelas dibanderol mulai Rp 50.000 per buah. Sedangkan untuk request barang tertentu, biasanya akan dihitung setelah proses pengerjaan selesai.

Stan Boolet, daur ulang sumpit bekas pakai, yang hadir di Festival Ekonomi Sirkular di Taman Menteng, Jakarta, Kamis (18/7/2024). KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Stan Boolet, daur ulang sumpit bekas pakai, yang hadir di Festival Ekonomi Sirkular di Taman Menteng, Jakarta, Kamis (18/7/2024).

Sebab, pihak Boolet tidak bekerja sendiri untuk proses perakitan barang. Melainkan, berkolaborasi dengan pengerajin dari Jepara dan Yogyakarta.

Untuk proses pengolahan hingga mencapai barang berguna yang baru, ia menyampaikan prosesnya tergantung dengan kesulitan benda yang dirakit. Benda-benda kecil seperti kotak tisu membutuhkan waktu 5-10 hari, sedangkan benda seperti meja atau desain yang besar bisa membutuhkan waktu hingga 3 bulan. 

Menurut Vanessa, keunikan dan nilai guna sumpit membuat produk Boolet cukup digemari. Selain itu, masyarakat juga terbantu dengan adanya tempat pengolahan khusus sumpit. 

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau