KOMPAS.com - Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau FAO, sektor perikanan di seluruh wilayah bakal menghadapi risiko akibat perubahan iklim.
Dalam laporan berjudul Climate Change Risks to Marine Ecosystems and Fisheries, FAO memprediksi pada 2050 banyak wilayah periarain di dunia yang mengalami penurunan biomassa ikan hingga 10 persen, terutama jika emisi tinggi terus berlanjut.
Biomassa ikan adalah berat total suatu spesies ikan tertentu di suatu wilayah pada waktu tertentu.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Para Pengungsi di Seluruh Dunia Semakin Menderita
Laporan tersebut dibuat oleh FishMIP, sebuah kelompok peneliti internasional yang bekerja dengan FAO untuk mempelajari bagaimana perubahan iklim memengaruhi ekosistem laut dan perikanan.
Jika emisi tinggi terus berlanjut dan suhu global meningkat 3 hingga 4 derajat celsius, maka biomassa ikan di 48 negara dan wilayah dapat berkurang 30 persen atau lebih.
Sebaliknya, jika emisi tetap rendah dan suhu Bumi tidak naik di atas 1,5 derajat celsius, populasi ikan di 178 negara dan wilayah akan stabil.
Asisten Direktur Jenderal dan Direktur Divisi Perikanan dan Budidaya Perairan FAO Manuel Barange mengatakan, penting untuk memahami potensi dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut dan perikanan.
Baca juga: Perubahan Iklim dan Pertumbuhan Penduduk Jadi Ancaman Ketahanan Pangan
Pengetahuan tersebut bisa dipergunakan sebagai landasan dalam merancang program adaptasi pada skala yang tepat.
"Hal ini menyoroti manfaat langkah-langkah mitigasi perubahan iklim bagi perikanan dan pangan akuatik," kata Barange dilansir dari situs web Global Seafood Alliance, Senin (22/7/2024).
Di negara-negara penghasil ikan terbesar, biomassa ikan dapat menurun secara signifikan pada akhir abad ini jika emisi yang tinggi terus berlanjut.
Misalnya saja, Peru akan mengalami penurunan sebesar 37,3 persen dan China akan mengalami penurunan sebesar 30,9 persen di zona ekonomi eksklusif (ZEE) mereka.
Baca juga: Wapres Pesan 3 Upaya Atasi Perubahan Iklim, Dorong Riset dan Teknologi
Namun, jika emisi tetap rendah, penurunan biomassa ikan diperkirakan akan stabil.
Laporan tersebut juga menunjukkan apa yang perlu dilakukan negara-negara untuk mencapai visi Transformasi Biru FAO mengenai sistem pangan perairan yang lebih berketahanan, adil dan berkelanjutan.
Untuk dapat mencapai visi tersebut, para peneliti menyarankan perluasan pemanfaatan laut dan pesisir selain perikanan di masa depan.
Baca juga: Perempuan dan Anak Jadi Kelompok Paling Terdampak Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya