Material ini memungkinkan digunakan untuk mengganti bahan bakar primer yang selama ini digunakan dan masih berbasis fosil baik batu bara, gas, maupun petroleum coke.
Tantangan terbesar, lanjut Yunrui, adalah pentingnya membangun pola pikir dan keberpihakan bahwa pengelolaan industri semen yang berkelanjutan merupakan investasi masa depan.
"Ini adalah langkah awal yang baik dengan menggandeng berbagai pemangku kepentingan baik dari akademisi, pembuat kebijakan, serta sektor swasta untuk mencari solusi bersama untuk ekonomi berkelanjutan," pungkasnya.
Dalam kesempatan sama, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Lilik Unggul Raharjo menyambut positif program pertukaran pengetahuan dan praktik baik ini karena sesuai dengan visi misi asosiasi terkait dekarbonisasi.
Dia mengungkapnkan, ada sejumlah inisiatif telah dilakukan sebagai upaya dekarbonisasi yang dilakukan ASI, yakni meningkatkan efisiensi pemakaian energi, memproduksi semen ramah lingkungan, mengubah penggunaan bahan bakar fosil ke energi alternatif.
“Saat ini, kami telah memiliki peta jalan dan jika dibandingkan 2010, kita sudah mengalami penurunan emisi dari 730 CO per kilogram turun sekaran menjadi 620 CO per kilogram,” ungkap Lilik.
Tantangan yang perlu dihadapi industri semen diantaranya investasi pada bidang teknologi karena harus melakukan penyesuaian pada penggunaan bahan bakar alternatif, kebijakan dari pemerintah yang perlu disinkronkan penggunaan bahan bakar alternatif dan kemudahan perizinan, hingga kesulitan mendapatkan bahan bakar alternatif di sejumlah daerah.
“Kami berharap ada insentif, sehingga pabrik semen mendapatkan kemudahan dalam memodifikasi peralatan,” harap Lilik.
Baca juga: Usung Pariwisata Berkelanjutan, Kota Ini Tawarkan Berbagai Fasilitas bagi Turis
Lilik menyampaikan, saat ini 70 persen semen yang beredar di Indonesia sudah termasuk semen ramah lingkungan.
"Namun penerapannya belum semua pekerjaan konstruksi belum menggunakan semen yang ramah lingkungan. Untuk itu, dia berharap perlu adanya kebijakan yang mendorong penggunaan semen ramah lingkungan," harap Lilik.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya