Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/08/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, para menteri keuangan negara-negara G20 sepakat menarik pajak kekayaan terhadap orang-orang superkaya di dunia.

Pajak kekayaan tersebut diusulkan dalam pertemuan antara menteri keuangan dan bankir sentral dari negara-negara G20 di Rio de Janeiro, Brasil.

Dalam sebuah pernyataan bersama pada Jumat (26/7/2024), para menteri keuangan tersebut sepakat bekerja sama untuk memastikan individu-individu dengan kekayaan bersih yang sangat tinggi dikenai pajak secara efektif.

Namun di balik konsensus ini, masih ada beberapa hal yang masih menggantung, sebagaimana dilansir Euronews.

Contohnya adalah siapa yang akan mengawasi prosesnya? Atau bagaimana caranya untuk benar-benar mengenakan pajak bagi orang-orang super kaya?

Baca juga: Khawatir Pajak Karbon Negara Kaya, Afrika Selatan Serukan Transisi Energi Hijau Secepatnya

Dipimpin Brasil

Kesepakatan para menteri keuangan G20 untuk menarik pajak terhadap orang-orang kaya tersebut diinisiasi Brasil.

Negara ini juga menempatkan perubahan iklim dan kemiskinan di puncak agenda kepemimpinan G20-nya tahun ini.

Sebuah laporan dari ekonom Perancis yang ditugaskan Brasil, Gabriel Zucman, menemukan bahwa para orang-orang super kaya hanya membayar pajak yang setara dengan 0,3 persen dari kekayaan mereka.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva berharap, ada sekitar 3.000 orang super kaya yang bisa ditarik pajak minimal 2 persen dari kekayaan mereka.

Penerapan pajak tersebut dapat menghimpun dana hingga 248 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4 kuadriliun untuk mengatasi berbagai masalah mulai dari perubahan iklim hingga kemiskinan.

Baca juga: Denmark Bakal Jadi Negara Pertama Terapkan Pajak Karbon ke Peternakan

Laporan dari Zucman mengungkapkan, uang yang terhimpun juga dapat mendanai berbagai layanan publik seperti pendidikan dan perawatan kesehatan.

Meskipun para menteri keuangan negara G20 sepakat terhadap upaya tersebut, tetap ada suara kritik yang muncul, termasuk dari Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

Yellen mengatakan kepada wartawan, AS melihat perlunya mencoba menegosiasikan kesepakatan global mengenai hal itu.

Sejumlah ahli juga menungkapkan, kesepakatan global diperlukan untuk menghindari beberapa negara menjadi surga pajak bagi orang-orang super kaya.

Di sisi lain, sejumlah negara dan organisasi termasuk Perancis, Spanyol, Afrika Selatan, Kolombia, dan Uni Afrika mendukung inisiatif tersebut.

Zucman sendiri menyambut baik konsensus negara-negara G20 tersebut. Menurutnya, cara dunia mengenakan pajak kepada orang-orang super kaya memang harus diperbaiki.

Baca juga: Kembangkan Hidrogen Hijau, Pemerintah Siapkan Insentif hingga Keringanan Pajak

Didukung aktivis iklim

Konsensus negara-negara G20 untuk menarik pajak terhadap orang-orang super kaya disambut baik oleh aktivis lingkungan dan iklim.

Mereka berharap, sebagian dana yang dapat diperoleh dari pajak seperti ini dapat digunakan untuk mengatasi krisis iklim.

"Kita sering mendengar bahwa tidak ada cukup uang untuk mengatasi krisis iklim, yang diperkirakan akan menghabiskan biaya triliunan dollar AS setiap tahun," kata Camila Jardim dari Greenpeace Brasil.

"Namun, mengenakan pajak kepada orang-orang superkaya dapat mulai menunjukkan bahwa ada lebih dari cukup uang untuk menghindari kehancuran (akibat krisis iklim)," tutur Jardim.

Susana Ruiz dari Oxfam International menyebutnya sebagai kemajuan global yang serius dalam kerja sama pajak internasional.

"Akhirnya, orang-orang terkaya diberi tahu bahwa mereka tidak dapat mempermainkan sistem pajak atau menghindari membayar bagian yang adil," ucap Ruiz.

Baca juga: Pajak Perusahaan Migas dan Batu Bara di Negara Kaya Dapat Tekumpul Rp 11,6 Kuadriliun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deloitte: Hanya 15 Persen Perusahaan yang Laporkan Emisi Cakupan 3

Deloitte: Hanya 15 Persen Perusahaan yang Laporkan Emisi Cakupan 3

Swasta
Singapore Grand Prix Formula 1 Pangkas Emisi lewat Pembelian Sertifikat Energi Terbarukan

Singapore Grand Prix Formula 1 Pangkas Emisi lewat Pembelian Sertifikat Energi Terbarukan

Pemerintah
Musim Panas Terhangat, Kedalaman Sungai Terpanjang di Polandia Pecahkan Rekor Terendah

Musim Panas Terhangat, Kedalaman Sungai Terpanjang di Polandia Pecahkan Rekor Terendah

Pemerintah
Hampir Seperempat Kasus TBC di Solo Terjadi pada Anak

Hampir Seperempat Kasus TBC di Solo Terjadi pada Anak

Pemerintah
Dataran Tinggi Dieng Diusulkan Jadi Taman Bumi Nasional

Dataran Tinggi Dieng Diusulkan Jadi Taman Bumi Nasional

Pemerintah
Tanah yang Diolah dengan Pupuk Organik Bisa Simpan Lebih Banyak Karbon

Tanah yang Diolah dengan Pupuk Organik Bisa Simpan Lebih Banyak Karbon

Pemerintah
Dulu Kumuh dan Bau, Begini Pesona Kampung Bersih Nusantara di Pannampu Sekarang

Dulu Kumuh dan Bau, Begini Pesona Kampung Bersih Nusantara di Pannampu Sekarang

Swasta
Warga Kelurahan Pannampu Aktif Kelola Sampah dan Hijaukan Lingkungan lewat Program Kampung Bersih Nusantara

Warga Kelurahan Pannampu Aktif Kelola Sampah dan Hijaukan Lingkungan lewat Program Kampung Bersih Nusantara

Swasta
Bulu Ayam Jadi Komponen Penting untuk Pembuatan Hidrogen Hijau

Bulu Ayam Jadi Komponen Penting untuk Pembuatan Hidrogen Hijau

LSM/Figur
Rencana Pensiun Dini 13 PLTU, Pemerintah Pertimbangkan Hal Ini

Rencana Pensiun Dini 13 PLTU, Pemerintah Pertimbangkan Hal Ini

Pemerintah
Pengesahan RUU EBET Tersisa 2 Pasal, 'Power Wheeling' Akan Masuk

Pengesahan RUU EBET Tersisa 2 Pasal, "Power Wheeling" Akan Masuk

Pemerintah
Mutis Timau Jadi Taman Nasional ke-56, Dianggap 'Mama' Bagi Masyarakat Timor

Mutis Timau Jadi Taman Nasional ke-56, Dianggap "Mama" Bagi Masyarakat Timor

Pemerintah
Kejar PLTN 2032, Organisasi Pelaksana Energi Nuklir Nasional Dibentuk Tahun Ini

Kejar PLTN 2032, Organisasi Pelaksana Energi Nuklir Nasional Dibentuk Tahun Ini

Pemerintah
Dukung UMKM Naik Kelas, Wali Kota Bandar Lampung Raih Satyalancana Wira Karya

Dukung UMKM Naik Kelas, Wali Kota Bandar Lampung Raih Satyalancana Wira Karya

Pemerintah
Menengok Keberhasilan Norwegia Dorong Adopsi Kendaraan Listrik

Menengok Keberhasilan Norwegia Dorong Adopsi Kendaraan Listrik

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau