Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Danur Lambang Pristiandaru
Wartawan

Content Writer Lestari Kompas.com
Alumnus Prodi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan

Manusia Membakar Bumi

Kompas.com - 04/08/2024, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut Our World in Data, 73,2 persen emisi GRK global berasal dari sektor energi yang diperlukan untuk berbagai aktivitas manusia dan perekonomian dunia. Pembangkitan listrik, energi pada industri, transportasi, dan lain-lain termasuk dalam kategori ini.

Lonjakan emisi GRK yang terjadi di Bumi sangat tinggi daripada yang Anda bayangkan. Temuan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), separuh dari semua emisi karbon dioksida di Bumi sejak 1751 sampai saat ini berasal dari aktivitas manusia sejak 1990-an alias 30 tahun lalu.

Dan sekarang, dunia sudah merasakan kenaikan suhu yang luar biasa tinggi. Dalam 12 bulan berturut-turut, terhitung Juni 2023 hingga Mei 2024, dunia memecahkan rekor suhu terpanas di setiap bulannya.

Dalam 12 bulan terakhir, suhu bumi sudah meningkat lebih dari 1,5 derajat celsius. Padahal sembilan tahun lalu, seratusan negara sepakat Bumi tidak boleh memamas 1,5 derajat celcius atau kehidupan makhluk hidup tidak menghadapi ancaman yang serius.

Salah satu anggota IPCC Aditi Mukherji menyebut kenaikan suhu 1,5 derajat sebagai demam tinggi. Suhu manusia normal 36 derajat celsius. Naik 1 derajat saja, manusia sudah dikatakan demam. Apalagi jika suhu sudah mencapai 37,5 derajat celsius atau naik 1,5 derajat celcius.

Lembaga pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S) bahkan mengungkapkan, Bumi memecahkan rekor tiga hari terpanas berturut-turut, yakni Minggu, Senin, dan Selasa (21-23/7/2024).

Pada Minggu 21 Juli 2024, rata-rata suhu Bumi mencapai 17,09 derajat celsius. Pada Senin 22 Juli 2024, temperatur rata-rata Bumi tembus 17,16 derajat celsius alias menjadi yang terpanas.

Sedangkan pada Selasa 23 Juli 2024, suhu rata-rata Bumi sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 17,15 derajat celsius.

Suhu Bumi hanya menjadi salah satu indikator perubahan yang ada di Bumi. Dampak sebenarnya adalah terjadinya krisis iklim yang bisa membinasakan makhluk hidup di planet ini.

Krisis iklim disinyalir membuat berbagai bencana menjadi lebih kuat dan lebih sering. Salah satu contohnya adalah badai.

Menurut penelitian pada 2024, badai dengan kekuatan besar semakin mungkin terjadi karena perubahan iklim, karena memanasnya lautan dan atmosfer.

Dampak lainnya adalah meningkatkan kekeringan di berbagai wilayah. Kondisi tersebut memperburuk krisis air di wilayah yang sudah mengalami kesulitan air.

Pemanasan Bumi juga menyebabkan peningkatan risiko kekeringan di lahan pertanian yang dapat mengganggu pasokan pangan.

Kenaikan suhu Bumi membuat lapisan es di kutub semakin banyak yang mencair hingga menyebabkan kenaikan permukaan laut. Kenaikan permukaan air laut mengancam orang-orang yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Krisis iklim juga menimbulkan risiko langsung bagi kelangsungan hidup spesies di darat dan di laut. Karena krisis iklim, dunia kehilangan spesies 1.000 kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya dalam sejarah manusia. Satu juta spesies terancam akan punah dalam beberapa dekade mendatang.

Kebakaran hutan menjadi lebih sering dengan skala yang lebih luas belakangan ini karena suhu Bumi meningkat. Durasi hutan yang terbakar juga menjadi lebih lama.

Kebakaran hutan turut melepaskan emisi GRK ke udara dan hutan yang gundul tak mampu lagi mengubah karbon dioksida menjadi oksigen. Satwa liar menjadi korban yang paling menderita akibat kebakaran hutan.

Zorgon membakar planetnya untuk menghasilkan energi yang mereka butuhkan hingga akhirnya menjadi gelandangan di ruang angkasa. Sedangkan manusia, tanpa membakar Bumi pun sudah menyebabkan kerusakan yang sangat masif dari aktivitas pembakarannya.

Jangan sampai Bumi yang hanya ada satu-satunya ini menjadi planet yang tidak layak huni akibat ketamakan kita sendiri, dan manusia menjadi pengelana di ruang angkasa untuk mencari energi. Seperti Zorgon di film Zathura.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Pemerintah
Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Swasta
Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

LSM/Figur
Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

LSM/Figur
Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

LSM/Figur
Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

LSM/Figur
Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Swasta
Konvensi Panas Bumi IIGCE Berpotensi Hadirkan Investasi Rp 57,02 Triliun

Konvensi Panas Bumi IIGCE Berpotensi Hadirkan Investasi Rp 57,02 Triliun

Swasta
AI Bisa Tekan Emisi Karbon dan Tingkatkan Keuntungan Perusahaan, Bagaimana Caranya?

AI Bisa Tekan Emisi Karbon dan Tingkatkan Keuntungan Perusahaan, Bagaimana Caranya?

Swasta
Indonesia Turunkan Perusak Ozon HCFC 55 Persen Tahun 2023

Indonesia Turunkan Perusak Ozon HCFC 55 Persen Tahun 2023

Pemerintah
Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau