"Setelah gletser mencair, sinar matahari memanaskan tanah membuatnya jauh lebih hangat dan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk benar-benar membentuk es selama musim panas," terangnya.
Baca juga:
Lebih lanjut, Maximiliano Herreera, peneliti cuaca ekstrem, menulis di X bahwa ada beberapa negara berikutnya yang kemungkinan besar akan bebas gletser. Ia menyebut di antaranya adalah Indonesia, Meksiko, dan Slovenia.
Maslin menambahkan, negara-negara itu masuk akal disebut karena kedekatannya yang relatif dengan garis khatulistiwa dan pegunungan yang relatif rendah. Hal tersebut membuat lapisan es mereka lebih rentan terhadap pemanasan global.
Gletser berukuran kecil, seperti yang baru-baru ini hilang di Venezuela, tidak mengandung cukup es untuk menaikkan permukaan laut secara substansial saat mencair. Namun di beberapa wilayah, gletser memainkan peran penting dalam memasok air tawar bagi masyarakat, terutama selama musim panas dan kering.
Kabar buruknya, proyeksi terbaru menunjukkan antara 20 hingga 80 persen gletser di dunia akan hilang pada tahun 2100. Untuk itu, perlu aksi segera supaya hal tersebut tak terjadi.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah melakukan penurunan emisi CO2 untuk menyelamatkan endapan gletser lainnya. Ini akan memberikan manfaat besar bagi mata pencaharian, ketahanan energi, air, dan pangan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya