Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Membangun Komitmen Kepemimpinan Keberlanjutan

Kompas.com - 21/08/2024, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ISU keberlanjutan menjadi arus utama dalam diskusi para pebisnis, politisi, aktivis, pegiat komunitas, dan akademisi.

Kita semua menyadari bahwa kebijakan-kebijakan perlu didasarkan pada pertumbuhan ekonomi yang sehat, kesejahteraan sosial yang baik, dan kelestarian lingkungan.

Tiga hal ini harus mencapai keseimbangan yang tepat, sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh semua pihak.

Kebijakan berbasis keberlanjutan akan bisa dicapai apabila setiap organisasi memiliki pemimpin visioner dan tangguh.

Kepemimpinan keberlanjutan tidak hanya tentang bagaimana pemimpin mencapai hasil yang ditargetkan, tetapi memperhatikan proses dan dampak yang ditimbulkan.

Menurut Ferdig (2007), setiap orang yang mengambil tanggung jawab di isu keberlanjutan merupakan seorang pemimpin.

Mereka memimpin bersama orang lain dengan memperhitungkan dampak jangka panjang sistem kehidupan yang kompleks dan saling berhubungan.

Berbagai pihak saat ini berupaya mengambil peran. Misalnya, riset dari GlobeScan 2024 menemukan bahwa para ahli semakin banyak berfokus pada tindakan dan dampak nyata (23 persen) dan menetapkan target yang ambisius (16 persen).

Di atas itu semua, para ahli menyebutkan bahwa keberlanjutan menjadi inti dari model bisnis (31 persen).

Namun demikian, Fujitsu di tahun 2023 menemukan jika hanya 8 persen yang merupakan pemimpin keberlanjutan sejati.

Segelintir pemimpin tersebut telah mengembangkan kapasitas organisasi, mengimplementasikan strategi, dan memberikan hasil menuju terwujudnya transformasi berkelanjutan.

Angka ini perlu ditingkatkan agar semakin banyak pemimpin keberlanjutan sejati. Oleh karena itu, penulis ingin membagikan perspektif tentang enam kunci yang bisa menjadi fondasi untuk menjadi seorang pemimpin berkelanjutan yang efektif, visioner, dan berdampak.

Komitmen: Pondasi penting kepemimpinan

Keberlanjutan tidak hanya dalam ucapan, tetapi melalui tindakan nyata. Oleh karena itu, komitmen menjadi salah satu formula penting karena mencerminkan keseriusan pemimpin.

Faktor ini menjadi ukuran bagi masyarakat untuk menilai apakah organisasi memang menerapkan keberlanjutan atau tidak. Masyarakat akan merasakan komitmen organisasi dari program dan kebijakan yang diusung oleh organisasi.

Sebagai contoh, dalam laporan GlobeScan tahun 2024, ada hasil yang cukup menarik untuk kita ikuti. Ada dua perusahaan teratas yang para ahli anggap memiliki kerja nyata di isu keberlanjutan, yaitu Patagonia (32 persen) dan Unilever (29 persen).

Hasil penelitian ini merefleksikan bagaimana komitmen perusahaan dirasakan oleh masyarakat.

Patagonia sendiri bukanlah pemain baru dalam isu keberlanjutan. Bahkan sejak pendiriannya, mereka sudah berkomitmen untuk bergerak di isu lingkungan.

Salah satu inisiatif Patagonia adalah memberlakukan pajak bumi sebesar satu persen untuk mendukung lembaga nirlaba di bidang lingkungan.

Komitmen Patagonia memberitahu kita tentang bagaimana pentingnya menyelaraskan visi dan tindakan. Secara tidak langsung, Patagonia telah menginspirasi banyak orang untuk melakukan lebih.

Menurut survei dari Capgemini 2024, sebanyak 83 persen rencana untuk meningkatkan investasi pada alat dan teknologi digital, khususnya AI sebagai pendorong inovasi dan pertumbuhan pendapatan, dalam 12-18 bulan ke depan.

Sebanyak 52 persen berniat melakukan hal sama untuk keberlanjutan. Tindakan tersebut merupakan bentuk komitmen untuk mengedepankan bisnis yang berkelanjutan.

Komunikasi: Diseminasi suara itu penting

Komitmen dalam keberlanjutan harus dikomunikasikan kepada pihak internal dan eksternal. Pada sisi internal, pemimpin perlu mengkomunikasikan visi, misi, dan strategi untuk mencapai keberlanjutan.

Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri dalam melakukan kerja-kerja baik di isu keberlanjutan. Pemimpin perlu melibatkan anggota secara penuh agar bisa mencapai visi tersebut.

Komunikasi yang baik dibuktikan dengan pelibatan elemen-elemen keberlanjutan dalam proses pengambilan keputusan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Pemerintah
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
LSM/Figur
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
LSM/Figur
Ancaman Baru Krisis Iklim, Tingkatkan Gangguan Pernapasan Kala Tidur
Ancaman Baru Krisis Iklim, Tingkatkan Gangguan Pernapasan Kala Tidur
LSM/Figur
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau