Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

18 tahun sebagai akademisi (dosen), konsultan, pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & sustainability (keberlanjutan). Saat ini mengemban amanah sebagai Full-time Lecturer, Associate Professor & Head of Centre Sustainability and Leadership Centre di LSPR Institute of Communication & Business, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Dewan Pakar Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT), GEKRAF & HIPMI Institute

Membangun Komitmen Kepemimpinan Keberlanjutan

Kompas.com, 21 Agustus 2024, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut survei dari Gartner tahun 2024, hanya 38 persen pemimpin bisnis yang mengakui mereka telah mengintegrasikan subjek keberlanjutan lingkungan dalam proses pengambilan keputusan.

Data ini menjadi refleksi bahwa ada pekerjaan rumah bagi pemimpin untuk mengkomunikasikan dengan lebih jelas luaran dan sumber daya yang tersedia untuk bisa menjalankan strategi keberlanjutan.

Upaya komunikasi keberlanjutan tidak hanya tentang ESG. Menurut Lars Voedisch, komunikasi tentang keberlanjutan tidak hanya dari segi laporan keberlanjutan tahunan.

Lebih dari itu, organisasi harus konsisten mengkomunikasikannya dalam platform multi channel untuk pemangku kepentingan berbeda. Sehingga, pemangku kepentingan dapat mengetahui apa yang dilakukan organisasi di dalam kerja-kerja ESG.

Upaya komunikasi multi platform ini akan memunculkan kesan bahwa perusahaan transparan terhadap apa yang dilakukan. Terlebih, masyarakat menginginkan organisasi yang transparan terhadap upaya yang dilakukan perusahaan.

Menurut studi dari NielsenIQ 2022, sebanyak 79 persen milenial dan 74 persen generasi Z menganggap penting transparansi perusahaan.

Komunikasi dan transparansi menjadi katalis bagi terciptanya simpul kolaborasi. Kompleksitas isu ESG mendorong tumbuhnya kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, UMKM, akademisi, swasta, NGO, media, bahkan influencer.

Setiap pihak memiliki kekuatan uniknya. Apabila kekuatan-kekuatan tersebut digabungkan, akan tercipta kolaborasi yang mampu menawarkan solusi baru.

Banyak pihak yang menyadari bahwa kolaborasi adalah cara yang tepat menyelesaikan isu keberlanjutan. Oleh karena itu, setiap pemangku kepentingan melakukan blusukan untuk menjahit simpul kolaborasi.

Misalnya, pada April 2024, Hutama Karya bersinergi dengan IPB tentang penelitian dan pengembangan sumber daya manusia.

Kolaborasi lainnya tercipta pada tahun 2023 lalu, di mana Fore Coffee bekerja sama dengan Cinta Laura dan Robries. Mereka berkolaborasi untuk mengajak anak muda lebih percaya diri dan peduli lingkungan.

Kolaborasi-kolaborasi ini memperluas jangkauan komunikasi kepada masyarakat, sehingga dampaknya lebih dirasakan. Masing-masing aktor mengerahkan kekuatan dan sumber dayanya secara kolektif.

Kolaborasi pun dapat dijalankan ketika dilakukan dengan tulus dan empati. Kedua hal ini akan tampak melalui kebijakan dan pendekatan kita terhadap suatu isu, apakah pemimpin membuat program dengan melihat dari sisi orang yang ingin diberikan dampak atau tidak.

Dampaknya akan berbeda ketika kita melibatkan rasa kepedulian dan altruistik ke dalam program-program keberlanjutan.

Leena Nair, yang dulunya merupakan Chief of Human Resources (CHR) di Unilever, berhasil meningkatkan persentase manajer perempuan dari 38 persen menjadi 50 persen ketika dia menjabat sebagai CHR.

Kemudian, di saat Leena Nair menjadi CEO brand Chanel di tahun 2021, dia meningkatkan anggaran yayasan Chanel dari 20 juta dollar AS menjadi 100 juta dollar AS dengan harapan bisa mendukung perempuan di berbagai belahan dunia.

Indonesia juga memiliki banyak pahlawan lokal yang berhati tulus. Devrisal Djabumir, pemuda asal Maluku yang rela meninggalkan karier cemerlang di perusahaan untuk berkontribusi di kampung halamannya.

Devrisal mendirikan Sekolah Mimpi dengan harapan bisa memecahkan masalah pendidikan dan mengurangi volume sampah di kampung halamannya.

Hal menarik dari Sekolah Mimpi adalah siswa membayar uang SPP dengan sampah, di mana sebagian digunakan untuk membuat kerajinan, sisanya dibuang ke tempat pembuangan sampah setempat.

Kebijakan ini dibuat agar siswa sadar akan lingkungan serta mengurangi sampah yang bermuara di lautan.

Devrisal dan Leena menunjukkan ketulusan dan otentisitas di isu yang selaras dengan nilai yang mereka anut. Kepedulian mereka tercermin dari program dan dampak yang dilakukan di organisasi masing-masing.

Riset dari Weinstein & Ryan (2010) menunjukkan bahwa kita perlu secara autentik menunjukkan sifat altruistik. Pola pikirnya bukan untuk mendapatkan, tetapi hidup untuk memberi.

Memberi sesuatu kepada orang lain pun melibatkan perasaan kasih sayang dan empati. Menurut studi dari Boyatzis et al. (2012), otak manusia merespons secara lebih positif terhadap pemimpin yang menunjukkan kasih sayang.

Kreativitas: Inovasi jadi kebutuhan

Penelitian dari Spännäri et al. (2023) membuat satu kesimpulan menarik, yaitu dibutuhkan kasih sayang agar inovasi bisa berkembang. Keberadaan kasih sayang mendorong inovasi, tetapi ketiadaannya menghambat inovasi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau