Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Membangun Komitmen Kepemimpinan Keberlanjutan

Kompas.com - 21/08/2024, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh karena itu, organisasi yang ingin melakukan inovasi harus mencari pemahaman dan keterampilan yang beragam dalam welas asih.

Dengan kata lain, welas asih bisa memicu kreativitas di dalam organisasi. Sisi kreativitas pemimpin dan anggota sangat dibutuhkan jika ingin berkontribusi di isu keberlanjutan.

Kreativitas dalam konteks keberlanjutan tidak hanya tentang produk. Lebih dari itu, kreativitas juga dibutuhkan dalam mengembangkan tata cara baru dalam membangun tim, mengelola sumber daya, dan memengaruhi masyarakat.

Cara-cara baru dalam mengatasi isu keberlanjutan akan mendorong sisi kreativitas dalam banyak hal. Misalnya saja dalam desain grafis.

Menurut satu riset, 62 persen profesional desain percaya bahwa keberlanjutan meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam proyek desain.

Ada inovasi produk yang dibuat oleh salah satu perusahaan Jepang, Kyocera. Produk tersebut bernama Forearth.

Forearth dibuat sebagai solusi untuk mengeliminasi hampir semua penggunaan air dari pencetakan kain. Menurut penuturan dari Sho Taniguchi, air bekas cucian melepaskan 50.000 serat mikro yang setara dengan 50 miliar botol plastik.

Teknologi: Katalisator inovasi

Di era digital ini, teknologi menjadi alat yang sangat penting dalam upaya mencapai keberlanjutan. Teknologi saat ini sudah semakin maju, tercermin dari inovasi printing Forearth.

Forearth memanfaatkan teknologi agar menghasilkan inovasi efektif menyelesaikan masalah. Selain itu, kehadiran kecerdasan buatan (AI) pun juga akan menambah daya inovasi teknologi.

Banyak pemimpin mulai berinvestasi di teknologi, khususnya AI. Menurut riset dari Fujitsu di Agustus tahun 2024, sebanyak 76 persen organisasi menempatkan AI sebagai salah satu dari lima prioritas utama dalam Transformasi Digital mereka.

Ditambah lagi, hampir 90 persen menjawab bahwa mereka berencana untuk meningkatkan investasi di bidang AI.

Kemungkinan besar, kita akan melihat bagaimana para pemimpin keberlanjutan memanfaatkan AI sebagai katalis inovasi.

Namun, menurut survei EY tahun 2024, sebanyak 65 persen eksekutif puncak di seluruh dunia melihat bahwa AI merupakan kekuatan untuk kebaikan, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi risiko dan potensi konsekuensi yang tidak diinginkan.

Terlepas dari hal tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi akan semakin dibutuhkan. Di Indonesia, para pemimpin keberlanjutan juga menyadari potensi besar dari teknologi untuk solusi keberlanjutan.

Singkatnya, isu keberlanjutan bukanlah isu yang berdiri sendiri, melainkan terhubung dengan isu-isu lainnya. Konsekuensinya adalah solusinya pun juga harus holistik.

Tidak ada pemangku kepentingan yang bisa menyelesaikan semua isu. Harus ada kolaborasi dan kemitraan antara satu pemangku kepentingan dengan lainnya. Artinya, isu keberlanjutan menjadi tanggung jawab kita semua, tanpa terkecuali.

Pemimpin keberlanjutan harus memiliki komitmen kuat dan tidak surut dalam tekanan dan tantangan. Komitmen tersebut harus dibersamai dengan komunikasi yang transparan, kolaborasi multipihak, integritas kuat, serta kreativitas mumpuni.

Pemimpin perlu memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang dan mengintegrasikannya ke dalam praktik-praktik keberlanjutan.

Dengan mengadopsi formula ini, kita tidak hanya membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang, tetapi juga memastikan bahwa setiap langkah yang kita ambil hari ini berkontribusi pada keberlanjutan jangka panjang.

Ancaman saat ini adalah seperti yang diutarakan oleh Robert Swan, orang pertama yang menjelajahi kutub utara dan kutub selatan “The greatest threat to our planet is the belief that someone else will save it.”

Setiap dari kita memiliki peran penting dalam mencapai dunia yang lebih berkelanjutan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Pemerintah
Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Swasta
Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

LSM/Figur
Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Pemerintah
Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Swasta
IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau