Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

18 tahun sebagai akademisi (dosen), konsultan, pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & sustainability (keberlanjutan). Saat ini mengemban amanah sebagai Full-time Lecturer, Associate Professor & Head of Centre Sustainability and Leadership Centre di LSPR Institute of Communication & Business, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Dewan Pakar Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT), GEKRAF & HIPMI Institute

Membangun Komitmen Kepemimpinan Keberlanjutan

Kompas.com, 21 Agustus 2024, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh karena itu, organisasi yang ingin melakukan inovasi harus mencari pemahaman dan keterampilan yang beragam dalam welas asih.

Dengan kata lain, welas asih bisa memicu kreativitas di dalam organisasi. Sisi kreativitas pemimpin dan anggota sangat dibutuhkan jika ingin berkontribusi di isu keberlanjutan.

Kreativitas dalam konteks keberlanjutan tidak hanya tentang produk. Lebih dari itu, kreativitas juga dibutuhkan dalam mengembangkan tata cara baru dalam membangun tim, mengelola sumber daya, dan memengaruhi masyarakat.

Cara-cara baru dalam mengatasi isu keberlanjutan akan mendorong sisi kreativitas dalam banyak hal. Misalnya saja dalam desain grafis.

Menurut satu riset, 62 persen profesional desain percaya bahwa keberlanjutan meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam proyek desain.

Ada inovasi produk yang dibuat oleh salah satu perusahaan Jepang, Kyocera. Produk tersebut bernama Forearth.

Forearth dibuat sebagai solusi untuk mengeliminasi hampir semua penggunaan air dari pencetakan kain. Menurut penuturan dari Sho Taniguchi, air bekas cucian melepaskan 50.000 serat mikro yang setara dengan 50 miliar botol plastik.

Teknologi: Katalisator inovasi

Di era digital ini, teknologi menjadi alat yang sangat penting dalam upaya mencapai keberlanjutan. Teknologi saat ini sudah semakin maju, tercermin dari inovasi printing Forearth.

Forearth memanfaatkan teknologi agar menghasilkan inovasi efektif menyelesaikan masalah. Selain itu, kehadiran kecerdasan buatan (AI) pun juga akan menambah daya inovasi teknologi.

Banyak pemimpin mulai berinvestasi di teknologi, khususnya AI. Menurut riset dari Fujitsu di Agustus tahun 2024, sebanyak 76 persen organisasi menempatkan AI sebagai salah satu dari lima prioritas utama dalam Transformasi Digital mereka.

Ditambah lagi, hampir 90 persen menjawab bahwa mereka berencana untuk meningkatkan investasi di bidang AI.

Kemungkinan besar, kita akan melihat bagaimana para pemimpin keberlanjutan memanfaatkan AI sebagai katalis inovasi.

Namun, menurut survei EY tahun 2024, sebanyak 65 persen eksekutif puncak di seluruh dunia melihat bahwa AI merupakan kekuatan untuk kebaikan, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi risiko dan potensi konsekuensi yang tidak diinginkan.

Terlepas dari hal tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi akan semakin dibutuhkan. Di Indonesia, para pemimpin keberlanjutan juga menyadari potensi besar dari teknologi untuk solusi keberlanjutan.

Singkatnya, isu keberlanjutan bukanlah isu yang berdiri sendiri, melainkan terhubung dengan isu-isu lainnya. Konsekuensinya adalah solusinya pun juga harus holistik.

Tidak ada pemangku kepentingan yang bisa menyelesaikan semua isu. Harus ada kolaborasi dan kemitraan antara satu pemangku kepentingan dengan lainnya. Artinya, isu keberlanjutan menjadi tanggung jawab kita semua, tanpa terkecuali.

Pemimpin keberlanjutan harus memiliki komitmen kuat dan tidak surut dalam tekanan dan tantangan. Komitmen tersebut harus dibersamai dengan komunikasi yang transparan, kolaborasi multipihak, integritas kuat, serta kreativitas mumpuni.

Pemimpin perlu memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang dan mengintegrasikannya ke dalam praktik-praktik keberlanjutan.

Dengan mengadopsi formula ini, kita tidak hanya membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang, tetapi juga memastikan bahwa setiap langkah yang kita ambil hari ini berkontribusi pada keberlanjutan jangka panjang.

Ancaman saat ini adalah seperti yang diutarakan oleh Robert Swan, orang pertama yang menjelajahi kutub utara dan kutub selatan “The greatest threat to our planet is the belief that someone else will save it.”

Setiap dari kita memiliki peran penting dalam mencapai dunia yang lebih berkelanjutan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau