Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Berdampak Lingkungan, Perubahan Iklim Tingkatkan Tren Penyakit

Kompas.com - 25/08/2024, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Selain berdampak terhadap lingkungan, perubahan iklim juga berpengaruh terhadap kesehatan manusia, termasuk peningkatan tren penyakit.

Hal tersebut disampaikan Ketua Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) Budi Haryanto dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (24/8/2024), sebagaimana dilansir Antara.

Budi Haryanto menjelaskan, perubahan iklim yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan ekosistem pada akhirnya akan berdampak kepada kehidupan manusia, termasuk dalam bidang kesehatan.

Baca juga: Google Kembangkan Satelit untuk Lacak Emisi Metana yang Sumbang Perubahan Iklim

"Banyak penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti demam berdarah, malaria dan sebagainya," kata Guru Besar UI itu.

Dia menjelaskan, perubahan iklim juga memiliki kaitan dengan maltnutrisi dan stunting ketika terjadi gangguan terhadap produksi pangan akibat fenomena tersebut.

Secara khusus, dia menyoroti empat jenis penyakit terkait perubahan iklim yang dapat ditemukan di Indonesia yaitu demam berdarah, malaria, gangguan saluran napas, dan diare.

Baca juga: Gen Z dan Alpha Paling Rentan Terdampak Perubahan Iklim

Dia menambahkan, berbagai riset telah menunjukkan bahwa tren penyakit di seluruh dunia meningkat karena disebabkan perubahan iklim.

"Semua trennya itu naik terus, demam berdarah naik terus, malaria naik terus, penyakit saluran napas naik terus," ujarnya.

Menurut pernyataan Kementerian Kesehatan pada 27 Juni 2024, angka kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) pada pekan ke-25 tahun 2024 adalah 869 kasus.

Baca juga: Ketidakadilan Kelompok Rentan Berkontribusi terhadap Perubahan Iklim

Sedangkan total kematian akibat DBD pada 2023 adalah 894 kasus.

Adapun untuk kasus DBD per akhir Juni 2024 terdapat 146.000 kasus. Sebagai perbandingan, pada 2023 terdapat sekitar 114.000 kasus DBD.

Sementara itu sebaran kasus DBD terbanyak pada 2023 dan 2024 berada di wilayah padat penduduk, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Bali.

Baca juga: 466 Juta Anak Terancam Panas Ekstrem karena Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Swasta
Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah
Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Pemerintah
Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Swasta
Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

LSM/Figur
Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

LSM/Figur
Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

LSM/Figur
Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

LSM/Figur
Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Swasta
Konvensi Panas Bumi IIGCE Berpotensi Hadirkan Investasi Rp 57,02 Triliun

Konvensi Panas Bumi IIGCE Berpotensi Hadirkan Investasi Rp 57,02 Triliun

Swasta
AI Bisa Tekan Emisi Karbon dan Tingkatkan Keuntungan Perusahaan, Bagaimana Caranya?

AI Bisa Tekan Emisi Karbon dan Tingkatkan Keuntungan Perusahaan, Bagaimana Caranya?

Swasta
Indonesia Turunkan Perusak Ozon HCFC 55 Persen Tahun 2023

Indonesia Turunkan Perusak Ozon HCFC 55 Persen Tahun 2023

Pemerintah
Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau