KOMPAS.com - Korea Selatan mampu mengolah dan mendaur ulang 98 persen food waste, makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia namun dibuang begitu saja dan akhirnya terbuang.
Tingginya pengelolaan food waste di "Negeri Ginseng" tersebut tak lepas dari kebijakan yang ketat dan teknologi tepat guna.
Selama lebih dari 20 tahun, negara ini berubah total. Dari mulanya membuang hampir semua sampah makanan, menjadi mendaur ulang hampir semuanya.
Baca juga: Jalani Ramadhan Hijau, Ini Tips Kurangi Food Waste Selama Puasa
Berbagai kebijakan yang telah diterapkan Korea Selatan yaitu melarang membuang makanan ke tempat pembuangan akhir, mewajibkan pemilahan sampah, dan menerapkan sistem pembuangan berbasis biaya.
Selain itu, Korea Selatan mengolah food waste yang ada melalui berbagai fasilitas yang berjumlah sekitar 300 unit yang tersebar di negara tersebut, sebagaimana dilansir dari pemberitaan The Washington Post, Jumat (9/8/2024).
Fasilitas-fasilitas yang ada mendaur ulang sampah makanan menjadi berbagai produk seperti kompos, pakan ternak, dan biogas yang dimanfaatkan untuk keperluan memasak ribuan rumah tangga.
Salah satu fasilitas yang menjadi sorotan adalah Daejeon Bioenergy Center yang mengubah sampah makanan menjadi bioenergi.
"Tempat ini menangani setengah dari seluruh sampah makanan harian yang dihasilkan kota Daejeon," kata Jeong Goo-hwang, kepala eksekutif Daejeon Bioenergy Center.
Baca juga: Melek Isu Food Loss dan Food Waste
Berbagai upaya tersebut menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu dari sedikit negara dengan sistem pengelolaan sampah makanan terbaik.
Ketika pertama kali diterapkan, kebijakan Korea Selatan mendapat penolakan karena masyarakat dipaksa membayar denda dan biaya untuk sisa makananan mereka.
Namun kini, 50 juta penduduk negara itu menganggap daur ulang makanan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Beberapa gedung tinggi di Seoul memiliki tempat sampah elektronik yang menimbang sampah makanan.
Warga dikenai biaya per bulan sesuai dengan jumlah sampah yang mereka buang. Beberapa juga mengompos sendiri dengan membeli kantong kompos seharga 10 sen.
Baca juga: Urgensi Regulasi Tekan Food Waste
Pelanggar yang mencampur makanan mereka dengan sampah biasa dapat didenda.
Dikutip dari Net Zero News, hal utama yang bisa dipelajari dari keberhasilan Korea Selatan dalam menangani food waste adalah pentingnya memilah sampah dari sumbernya.
Meskipun daur ulang sangat penting, manfaat terbesar terlihat dari meminimalkan sampah, yang juga menghasilkan penghematan biaya yang signifikan bagi bisnis.
Korea Selatan membuktikan strategi komprehensif dalam mengelola food waste yakni menggabungkan pengurangan sampah dengan sistem daur ulang yang efektif.
Baca juga: Komitmen Lawson Pangkas Limbah Makanan, Beralih ke Onigiri Beku
Meskipun berhasil, Korea Selatan masih menghadapi tantangan dalam mengelola food waste.
Salah satunya adalah tantangan berkelanjutan untuk mengurangi jumlah sampah makanan yang dihasilkan dan memastikan pemilahan sampah yang tepat.
Barang-barang yang tidak dapat dibuat kompos yang secara keliru dimasukkan ke dalam sampah dapat menyebabkan masalah mekanis di fasilitas daur ulang.
Selain itu, model produksi biogas yang digunakan di Korea Selatan mungkin tidak dapat diterapkan di iklim atau lingkungan ekonomi yang lain.
Baca juga: Bagaimana Limbah Makanan Memperparah Perubahan Iklim dan Pemanasan Global?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya