Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laut Menghangat, Miliaran Kepiting Menghilang dari Alaska

Kompas.com - 26/08/2024, 19:14 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Nelayan dan ilmuwan merasa khawatir ketika miliaran kepiting menghilang dari Laut Bering dekat Alaska pada tahun 2022.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa itu bukan disebabkan oleh penangkapan ikan yang berlebihan tetapi kemungkinan besar air laut yang menghangat kemudian membuat metabolisme kepiting menjadi aktif dan mati kelaparan.

Namun, kematian yang mengerikan itu tampaknya hanya salah satu dampak dari transisi besar yang terjadi di wilayah tersebut.

Seperti dikutip dari CNN, Minggu (25/8/2024) penelitian dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menemukan bahwa kondisi yang lebih hangat dan bebas es di Laut Bering tenggara sekarang kemungkinannya sekitar 200 kali lebih besar daripada sebelum manusia mulai membakar bahan bakar fosil yang menghangatkan planet.

Baca juga: Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati saat Gelombang Panas

"Studi ini menggarisbawahi seberapa besar ekosistem Laut Bering ini telah berubah dari sebelumnya," kata Michael Litzow, penulis utama studi dan direktur laboratorium Kodiak Alaska untuk Perikanan NOAA.

Studi ini juga menunjukkan bagaimana kita harus mengantisipasi tahun-tahun yang lebih hangat lagi di masa depan.

Kematian Kepiting

Kepiting salju merupakan spesies Arktik yang tumbuh subur di daerah dengan suhu air di bawah 2 derajat Celcius, meski secara fisik juga dapat hidup di perairan hingga 12 derajat Celcius.

Gelombang panas laut pada tahun 2018 dan 2019 sangat mematikan bagi kepiting. Air yang lebih hangat menyebabkan metabolisme kepiting meningkat, tetapi tidak ada cukup makanan untuk mengimbanginya.

Baca juga: Sungai-sungai di Alaska Berubah Kecokelatan karena Perubahan Iklim

Miliaran kepiting akhirnya mati kelaparan, menghancurkan industri perikanan Alaska pada tahun-tahun berikutnya. Kepiting salju merupakan spesies yang bernilai komersial, bernilai hingga $227 juta per tahun.

Industri ini pun perlu beradaptasi dengan cepat. Pasalnya, Litzow memperingatkan kemungkinan besar kondisi buruk akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.

Menurut peneliti penurunan kepiting salju Alaska menandakan perubahan ekosistem yang lebih luas di Kutub Utarakarena lautan menghangat dan es laut menghilang.

Laut di sekitar Alaska pun sekarang menjadi tidak ramah bagi beberapa spesies laut, termasuk kepiting raja merah dan singa laut.

Laut Bering yang lebih hangat juga mengancam hewan yang telah lama hidup di perairan yang dingin. Biasanya, ada da penghalang suhu di lautan yang mencegah spesies seperti ikan kod Pasifik mencapai habitat kepiting yang sangat dingin.

Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Ikan di Lautan Bisa Menyusut 10 Persen

Namun selama gelombang panas 2018-2019, ikan kod Pasifik dapat pergi ke perairan yang lebih hangat dari biasanya dan memakan sebagian dari populasi kepiting salju yang tersisa.

Robert Foy, direktur Pusat Sains Perikanan Alaska yang tak terlibat penelitian mengatakan perubahan ekosistem yang luas ini menimbulkan tantangan dan peluang baru bagi sains dan manajemen perikanan.

Industri perikanan seharusnya mulai berupaya untuk menggabungkan teknologi baru seperti pesawat tanpa awak dan kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan menanggapi perubahan lingkungan dan respons ekologis dengan lebih cepat.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komitmen MMSGI Menyulap Lahan Pascatambang Jadi Taman Kehidupan di Bumi Mahakam

Komitmen MMSGI Menyulap Lahan Pascatambang Jadi Taman Kehidupan di Bumi Mahakam

Swasta
PBB Indonesia Luncurkan Laporan Capaian SDGs, Ini Rangkumannya

PBB Indonesia Luncurkan Laporan Capaian SDGs, Ini Rangkumannya

Pemerintah
Indonesia-Selandia Baru Kerja Sama Program Eksplorasi Panas Bumi

Indonesia-Selandia Baru Kerja Sama Program Eksplorasi Panas Bumi

Pemerintah
Integrasikan Keberlanjutan ke Strategi Perusahaan, Rybale al Hage Raih SDG Pioneer 2024

Integrasikan Keberlanjutan ke Strategi Perusahaan, Rybale al Hage Raih SDG Pioneer 2024

Pemerintah
Pengakuan Semu Nelayan Kecil, Muncul di Aturan tapi Tak Terlindungi

Pengakuan Semu Nelayan Kecil, Muncul di Aturan tapi Tak Terlindungi

LSM/Figur
Bank Dunia Ingatkan Indonesia Berpotensi Hadapi Masalah Ketahanan Pangan

Bank Dunia Ingatkan Indonesia Berpotensi Hadapi Masalah Ketahanan Pangan

Pemerintah
Djarum Foundation Bersama Mahasiswa Tanam 5.000 Mangrove di Tahura Ngurah Rai

Djarum Foundation Bersama Mahasiswa Tanam 5.000 Mangrove di Tahura Ngurah Rai

Pemerintah
Polandia Lirik Investasi di Jabar, Energi hingga Pertanian

Polandia Lirik Investasi di Jabar, Energi hingga Pertanian

Pemerintah
Fabiana Schaeffer, Gabungkan Keberlanjutan dalam Acara Skala Besar

Fabiana Schaeffer, Gabungkan Keberlanjutan dalam Acara Skala Besar

Pemerintah
Bank Pembangunan Asia Harap Pemerintahan Prabowo Lanjutkan Kerja Sama Transisi Energi

Bank Pembangunan Asia Harap Pemerintahan Prabowo Lanjutkan Kerja Sama Transisi Energi

LSM/Figur
IIRC: Ketahanan Pangan Hadapi Tantangan, Mulai Perubahan Iklim hingga Geopolitik

IIRC: Ketahanan Pangan Hadapi Tantangan, Mulai Perubahan Iklim hingga Geopolitik

Pemerintah
Sejumlah Lembaga Ingatkan Bahayanya Ekspor Pasir Laut bagi Kawasan Pesisir

Sejumlah Lembaga Ingatkan Bahayanya Ekspor Pasir Laut bagi Kawasan Pesisir

LSM/Figur
Subsidi Rp 9 Kuadriliun Mengalir ke Sektor yang Bahayakan Iklim Bumi

Subsidi Rp 9 Kuadriliun Mengalir ke Sektor yang Bahayakan Iklim Bumi

LSM/Figur
Stroberi Accessories dan Nyata Foundation Dukung Pendidikan di Pedalaman Indonesia

Stroberi Accessories dan Nyata Foundation Dukung Pendidikan di Pedalaman Indonesia

Swasta
Bank DBS Indonesia Luncurkan Kartu Kredit Daur Ulang, Diklaim Ramah Lingkungan

Bank DBS Indonesia Luncurkan Kartu Kredit Daur Ulang, Diklaim Ramah Lingkungan

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau