Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Perubahan Iklim, Kota di Pesisir Harus Beradaptasi Lebih Cepat

Kompas.com - 30/08/2024, 09:57 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Kota-kota pesisir memainkan peran kunci dalam ekonomi global dan memiliki fungsi penting bagi masyarakat luas.

Pada saat yang sama, kota-kota tersebut sangat terpengaruh oleh dampak perubahan iklim. Itulah sebabnya peran kota tersetüt dalam adaptasi iklim global menjadi sangat penting.

Untuk mengetahui bagaimana kota-kota pesisir beradaptasi, sebuah tim internasional yang dipimpin oleh Profesor Matthias Garschagen, seorang ahli geografi di Ludwig-Maximilians-Universität München (LMU), telah menganalisis status adaptasi kota-kota itu saat ini.

Adaptasi Kota Pesisir

Seperti dikutip dari Phys, Kamis (29/8/2024) berdasarkan studi terhadap 199 kota di 54 negara, peneliti menelisik bagaimana kota-kota di pesisir memperhitungkan faktor-faktor risiko tertentu dalam upaya adaptasi mereka terhadap perubahan iklim.

Faktor-faktor iklim yang jadi parameter untuk dipertimbangkan itu antara lain seperti naiknya permukaan air laut, badai, banjir, dan panas.

Baca juga: Google Kembangkan Satelit untuk Lacak Emisi Metana yang Sumbang Perubahan Iklim

Namun ada juga aspek-aspek lain yang dipertimbangkan dalam analisis, seperti paparan dan kerentanan penduduk, infrastruktur, dan ekosistem di masing-masing wilayah.

Temuan studi mengungkapkan langkah-langkah adaptasi iklim yang terkait dengan parameter di atas sebagian besar tidak memadai.

Langkah-langkah teknis dan kelembagaan seperti tanggul skala besar atau inovasi perencanaan kota lebih umum di wilayah yang lebih makmur seperti Amerika Utara dan Eropa.

Sementara di wilayah yang kurang makmur seperti di Afrika dan Asia, langkah yang berkaitan dengan perilaku menjadi jenis yang dominan dilakukan.

Namun secara keseluruhan, peneliti menemukan sebagian besar langkah adaptasi tidak memadai dalam hal cakupan dan kecepatannya, terlepas dari wilayah atau kemakmurannya.

Para peneliti juga menemukan sedikit bukti pengurangan risiko yang berkelanjutan sebagai hasil dari langkah-langkah yang diambil.

"Temuan kami mengungkapkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di semua tingkatan," jelas Prof. Garschagen.

Kota-kota sering kali berupaya mengoptimalkan manajemen bencana mereka berdasarkan pengalaman masa lalu tanpa mempertanyakan secara mendasar apakah pendekatan ini masih akan layak di masa mendatang.

Baca juga: Gen Z dan Alpha Paling Rentan Terdampak Perubahan Iklim

Penelitian Perubahan Iklim Global

Penelitian juga menemukan bahwa perencanaan adaptasi kota jarang didasarkan pada faktor-faktor yang dapat diukur.

Meski kota-kota memperhitungkan risiko alam masa depan seperti banjir dan panas, tetapi jarang mempertimbangkan risiko alam masa depan seperti banjir dan panas.

Termasuk juga memperhitungkan faktor-faktor sosial ekonomi seperti tren masa depan dalam kerentanan masyarakat atau pertumbuhan dan paparan spasial.

Oleh karena Garschagen menyarankan untuk melakukan peningkatan besar dalam penelitian perubahan iklim secara global. Pasalnya, sebagian besar aktivitas penelitian hingga saat ini difokuskan pada kota-kota di belahan bumi utara.

"Penelitian perubahan iklim global yang mencakup semua wilayah di dunia akan memungkinkan kita untuk melawan krisis iklim dengan lebih cepat dan lebih efektif," kata Garschagen.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Pemerintah
Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Pemerintah
Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Swasta
Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Pemerintah
Jemput Energi Terbarukan, PLN Bakal Integrasikan Transmisi Lintas Pulau

Jemput Energi Terbarukan, PLN Bakal Integrasikan Transmisi Lintas Pulau

BUMN
Alison Chan Dorong Strategi Investasi Berkelanjutan hingga Raih Penghargaan PBB

Alison Chan Dorong Strategi Investasi Berkelanjutan hingga Raih Penghargaan PBB

Pemerintah
Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Swasta
Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah
Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Pemerintah
Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Swasta
Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

LSM/Figur
Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

LSM/Figur
Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

LSM/Figur
Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

LSM/Figur
Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau