Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Swiss Temukan Cara Buat Cokelat Lebih Berkelanjutan

Kompas.com - 03/09/2024, 18:26 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Euronews

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Swiss telah menemukan cara untuk membuat cokelat lebih sehat dan berkelanjutan.

Biasanya, hanya biji kakao dan pulpa yang diekstraksi untuk cokelat batangan. Namun, buah kakao sendiri ternyata mengandung bahan-bahan berharga lainnya yang selama ini kurang dimanfaatkan.

Kini, para peneliti di lembaga teknologi federal ETH Zurich telah menemukan bahwa kulit buah kakao juga dapat digunakan sebagai pengganti gula pasir.

Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan endokarp, lapisan dalam kulit buah dan mencampurnya dengan sebagian pulpa yang mengelilingi biji untuk membuat jeli kakao yang manis.

"Petani tidak hanya dapat menjual biji, tetapi juga mengeringkan jus dari pulpa dan endokarp, menggilingnya menjadi bubuk dan menjualnya juga," jelas Kim Mishra, penulis utama studi ini.

Baca juga: Kotoran Sapi Alternatif Hidrogen yang Berkelanjutan

"Ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan dari tiga sumber serta menciptakan nilai pendapatan buah kakao yang lebih besar dan membuatnya lebih berkelanjutan," kata Mishra.

Cokelat yang Berkelanjutan

Seperti dikutip dari Euronews, Selasa (3/9/2024) peneliti menyebut siklus hidup dari awal hingga akhir produksi menunjukkan bahwa produksi cokelat dengan metode baru ini dapat mengurangi penggunaan lahan dan potensi pemanasan global dibandingkan produksi cokelat pada umumnya.

Perubahan penggunaan lahan akibat pertanian diketahui bertanggung jawab atas lebih dari 70 persen dampak lingkungan untuk semua cokelat.

Jadi dengan menggunakan lebih sedikit biji kakao akan lebih sedikit lahan yang digunakan dan dampak pertanian yang lebih rendah juga.

Lebih lanjut, metode baru pengolahan cokelat ini memang memerlukan lebih banyak pemrosesan daripada cokelat batangan pada umumnya.

Namun secara keseluruhan, kreasi cokelat yang dihasilkan memiliki jejak karbon yang lebih rendah saat ditingkatkan skalanya.

Baca juga: Budi Daya Udang Berkelanjutan Lebih Produktif, Percepat Siklus Panen

Formulasi baru ini juga lebih ramah lingkungan dalam hal lain, karena menggunakan bagian dari buah kakao yang seharusnya terbuang sia-sia.

Kulit yang tersisa secara tradisional hanya digunakan sebagai bahan bakar atau bahan pengomposan.

Namun, masih ada jalan panjang yang harus ditempuh sebelum bentuk cokelat yang lebih hemat ini hadir di pasaran.

“Meskipun kami telah menunjukkan bahwa cokelat kami menarik dan memiliki pengalaman sensorik yang sebanding dengan cokelat biasa, seluruh rantai penciptaan nilai perlu disesuaikan, dimulai dari petani kakao yang akan membutuhkan fasilitas pengeringan,” kata Mishra.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Pemerintah
Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Pemerintah
Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Swasta
Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Pemerintah
Jemput Energi Terbarukan, PLN Bakal Integrasikan Transmisi Lintas Pulau

Jemput Energi Terbarukan, PLN Bakal Integrasikan Transmisi Lintas Pulau

BUMN
Alison Chan Dorong Strategi Investasi Berkelanjutan hingga Raih Penghargaan PBB

Alison Chan Dorong Strategi Investasi Berkelanjutan hingga Raih Penghargaan PBB

Pemerintah
Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Tingkatkan Populasi, Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Halimun Salak

Swasta
Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah Rencana Terapkan Bioavtur Bertahap Mulai 2027

Pemerintah
Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Pemerintah
Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Swasta
Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

LSM/Figur
Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

LSM/Figur
Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

Cegah Kerusakan Hutan Perlu Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat

LSM/Figur
Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

LSM/Figur
Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Adaro Masuk Daftar TIME World’s Best Companies 2024, Apa Strateginya?

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau