Saat ini, total lahan perkebunan kelapa sawit kurang lebih 16 juta hektar di mana 41 persen di antaranya dimiliki pekebun swadaya. Walau memiliki luasan lahan besar, ungkap Arfie, pekebun sawit swadaya di Indonesia menghadapi isu krusial berupa permasalahan produktivitas.
"Setiap tahunnya, lahan Perkebunan sawit swadaya hanya mampu memproduksi 2-3 ton Crude Palm Oil (CPO) per hektar per tahun. Angka ini jauh dari rata-rata produksi Perusahaan BUMN dan Swasta yang mencapai 6-8 ton COP per hektar per tahun," ungkap Arfie memberi gambaran.
"Produktivitas dan juga daya saing hasil pekebun swadaya menjadi isu yang membayangi bisnis sawit swadaya," tegasnya.
Ada beragam faktor yang membuat pekebun swadaya tidak bisa memaksimalkan produksi. Salah satunya penggunaan bibit yang tidak berkualitas hingga keterbatasan kemampuan pekebun.
Baca juga: Kementan Ajak FAO Tingkatkan Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Kurangnya kemampuan dan pengetahuan pekebun swadaya membuat pekebun tidak bisa mempraktikkan budidaya dan perawatan tanaman yang ideal. Menjadikan isu produktivitas terus dihadapi pekebun sawit.
“Dengan peningkatan pendanaan ini diharapkan semakin banyak pekebun yang bisa merasakan manfaatnya. Program ini menjadi langkah kami mempersiapkan SDM berkualitas yang sanggup mengadapi tantangan bisnis,” pungkas Arfie.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya