KOMPAS.com - Penelitian baru menemukan bahwa polusi tanah menjadi penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati organisme yang hidup di bawah tanah. Temuan ini mengejutkan para ilmuwan dan menyebutnya sebagai hal yang memprihatinkan.
Seperti dikutip dari Phys, Senin (9/9/2024), dibandingkan dengan kehidupan di atas tanah, apa yang hidup di tanah relatif tidak diketahui.
Ini karena selain kesulitan menemukan organisme yang hidup di sana, tanah sebenarnya terdiri dari beberapa habitat yang semuanya berada di atas satu sama lain.
Sebagian besar kehidupan ditemukan dalam jarak 10 sentimeter dari permukaan tetapi ada juga organisme yang hidup jauh lebih dalam sehingga kita sedikit tahu mengenai kehidupan di bawah tanah.
Hal tersebut juga yang akhirnya keanekaragaman hayati di bawah tanah tak banyak diketahui.
Baca juga: Pakar: Spesies Asing Invasif Jadi Ancaman Bagi Keanekaragaman Hayati
"Tanah bukan hanya gumpalan homogen. Tanah adalah lingkungan kompleks yang mengandung banyak struktur, nutrisi, dan mineral yang berbeda," kata Victoria Burton, salah satu peneliti dalam studi ini.
Untuk mencoba mengetahui bagaimana dampak polusi bagi kehidupan bawah tanah, peneliti pun melakukan meta analisis dengan mengambil data dari banyak penelitian dan mempelajarinya kembali untuk menjawab permasalahan penelitian baru.
Dalam meta-analisis ini, Victoria dan seluruh timnya menggunakan kembali data dari lebih dari 600 penelitian, termasuk ribuan titik data yang berbeda, untuk melihat dampak manusia terhadap kesehatan tanah secara global.
Baca juga: KLHK Cegah Peneliti Asing Ambil Keanekaragaman Hayati RI
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan tanah menyediakan penyangga yang membantu organisme di dalamnya menjadi lebih tangguh terhadap perubahan tertentu.
"Tanah dapat menyimpan kelembapan dan nutrisi, yang dapat membantu kehidupan yang hidup di bawah tanah untuk menahan perubahan, setidaknya dalam jangka pendek," jelas Victoria.
Tetapi peneliti juga menemukan bahwa polusi tanah seperti pestisida dan logam berat menyebabkan kerusakan paling parah pada keanekaragaman hayati tanah.
Baca juga: Keanekaragaman Hayati Bakal Bertambah, Banyak Lokasi Belum Dieksplorasi
"Ini mengkhawatirkan, karena belum banyak penelitian tentang dampak polusi tanah, jadi dampaknya mungkin lebih luas daripada yang kita ketahui," ungkap Victoria.
"Di tengah kekhawatiran atas degradasi tanah, kita juga perlu menyelidiki dampak sumber polusi lain, seperti mikroplastik, hidrokarbon, dan bahan kimia persisten, terhadap kehidupan di bawah kaki kita," paparnya lagi
Meskipun sebagian besar perubahan, seperti meningkatnya suhu atau polusi kimia bisa berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati tanah, ada beberapa hal positif.
Peneliti mencatat penggunaan pupuk organik dan mulsa, yang memasukkan lebih banyak karbon ke dalam tanah sangat bermanfaat bagi cacing tanah, yang memakan nutrisi dan mendaur ulangnya di dalam tanah.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya