KOMPAS.com - Korea Selatan terkenal dengan olahan fermentasi kimchi yang terbuat dari sawi putih. Namun makanan favorit masyarakat ini tampaknya terancam tak bisa diproduksi karena perubahan iklim.
Seperti dikutip dari Business Times, Kamis (12/9/2024) kualitas dan kuantitas sawi putih untuk membuat kimchi itu disebut terancam menurun karena meningkatnya suhu.
Sawi putih tumbuh subur di iklim yang lebih dingin dan biasanya ditanam di daerah pegunungan yang suhunya selama musim panas jarang naik di atas 25 derajat Celcius.
Baca juga: ADB Gunakan Separuh Pendanaan untuk Atasi Perubahan Iklim pada 2030
Namun penelitian menunjukkan bahwa cuaca yang lebih hangat karena perubahan iklim sekarang mengancam tanaman ini sehingga ada kekhawatiran tidak dapat menanamnya lagi.
“Kami berharap prediksi ini tidak menjadi kenyataan,” kata ahli patologi tanaman dan ahli virus Lee Young-gyu.
"Sawi putih tumbuh di iklim dingin dan beradaptasi dengan rentang suhu yang sangat sempit. Suhu optimalnya antara 18 hingga 21 derajat Celcius," katanya lagi.
Baca juga: ADB Gunakan Separuh Pendanaan untuk Atasi Perubahan Iklim pada 2030
Perubahan Tanaman
Di ladang dan di dapur, baik komersial maupun rumah tangga, petani dan pembuat kimchi sudah merasakan perubahannya.
Lee Ha-yeon, yang memegang gelar ahli kimchi dari Kementerian Pertanian, mengatakan inti sawi membusuk dan akarnya menjadi lembek.
“Jika ini terus berlanjut, maka di musim panas kita mungkin harus berhenti membuat kimchi sawi putih,” kata Lee.
Kimchi fermentasi pedas dibuat dari berbagai sayuran lain seperti lobak, mentimun, dan daun bawang, tetapi hidangan yang paling populer tetap berbahan dasar sawi.
Data dari badan statistik pemerintah Korea Selatan menunjukkan tahun 2023, luas lahan di dataran tinggi yang ditanami sawi putih berkurang setengahnya dari 20 tahun lalu.
Baca juga: Studi: Kelompok Rentan Paling Banyak Menanggung Dampak Perubahan Iklim
Lahan tahun lalu hanya menyisakan 3.995 hektar dibandingkan dengan 20 tahun lalu yang mencapai 8.796 hektar.
Menurut Badan Pengembangan Pedesaan, skenario perubahan iklim juga memproyeksikan area pertanian akan menyusut drastis dalam 25 tahun ke depan dan tanpa sawi putih yang ditanam di dataran tinggi pada tahun 2090.
Peneliti menyebut penyebab turunnya produksi sawi putih ini dipengaruhi oleh suhu yang lebih tinggi, hujan lebat yang tidak dapat diprediksi, dan hama yang menjadi lebih sulit dikendalikan di musim panas yang lebih hangat dan panjang.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya