Salah satu tantangan yang sering dihadapi perusahaan adalah menavigasi peraturan keberlanjutan yang kompleks dan pelaporan kemajuan mereka secara akurat.
AI dapat menyederhanakan proses ini dengan mengotomatisasikan pengumpulan data yang dibutuhkan terkait keberlanjutan, memastikan bahwa perusahaan dapat melacak dan menganalisis kinerja mereka, serta mematuhi regulasi yang berubah-ubah di laporan mereka.
Di Asia Tenggara, teknologi AI telah menjadi kunci dalam melacak dan melaporkan metrik keberlanjutan seperti emisi.
Baca juga: Dosen dan Guru Perlu Integrasikan Kecerdasan Buatan dalam Pengajaran
Sebagai contoh, PT Sucofindo memanfaatkan teknologi canggih tersebut untuk memantau tingkat emisi dan mendukung upaya keberlanjutan dengan melacak dan melaporkan metrik kinerja lingkungan secara akurat.
Sementara, untuk laporan tata kelola, sangat penting bagi badan independen untuk memverifikasi kepatuhan terhadap laporan ini.
Menurut Roy, kerangka pelaporan dan tata kelola berbasis AI penting untuk mencapai transparansi dan kepatuhan.
“Bagi bisnis di Indonesia, yang diharuskan berkontribusi pada target iklim nasional, transparansi dan pelaporan berbasis AI ini akan sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata dia, dengan meningkatkan efisiensi rantai pasokan, mengoptimalkan konsumsi energi, dan merampingkan pelaporan keberlanjutan, AI dapat membantu perusahaan memantau dan mengurangi jejak karbon mereka sambil meningkatkan pendapatannya.
“Saat bisnis mengadopsi solusi AI, mereka tidak hanya mendukung tujuan iklim nasional tetapi juga mengamankan keunggulan kompetitif di masa depan yang semakin berkelanjutan,” pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya