Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia menargetkan dapat mengimplementasikan campuran bahan bakar pesawat berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) sebesar 50 persen pada 2060.

Target tersebut tertuang dalam Peta Jalan Pengembangan Industri SAF yang dirilis pemerintah baru-baru ini, dikutip Selasa (24/9/2024).

SAF merupakan bahan bakar nabati untuk campuran bahan bakar pesawat konvensional seperti avtur.

Baca juga: 2 Bandara RI Ini Ditarget Implementasikan Bahan Bakar Berkelanjutan

Sebelum mencapai implementasi SAF 50 persen pada 2060, pemerintah menetapkan sejumlah target untuk tenggat pada tahun-tahun tertentu.

Tenggat tersebut mencakup target awal 1 persen pada 2027 dan peningkatan secara berkala setelahnya.

Pada 2030, target campuran SAF adalah 2,5 persen dan meningkat menjadi 5 persen pada 2035. Sepelas itu, pada 2040 target campuran SAF dinaikkan menjadi 12,5 persen dan 20 persen pada 2045.

Pada 2050 dan 2055, tenggat target campuran SAF untuk masing-masing tahun tersebut adalah 30 persen dan 40 persen.

Baca juga: Perdana, Pertamina Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Pesawat Australia

Target pencampuran SAF nasional yang ditetapkan pada tahun 2027 hingga 2035 merupakan lanjutan dari target sebelumnya yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 Tahun 2015.

Sedangkan target pencampuran SAF untuk tahun 2040 dan seterusnya ditetapkan berdasarkan acuan kepada tolak ukur internasional serta dampaknya dalam mendukung target pengurangan emisi di Indonesia.

Target dalam peta jalan tersebutt turut memperhitungkan proyeksi permintaan avtur di Indonesia berdasarkan tiga skenario yakni rendah, dasar, dan tinggi.

Dalam skenario rendah, total permintaan avtur diperkirakan mencapai 11,8 juta liter pada 2060 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan atau CAGR 3,3 persen dari 2023 hingga 2060.

Baca juga: Kisah Mennatullah AbdelGawad yang Integrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke Sektor Konstruksi

Sedangkan untuk skenario dasar, total permintaan avtur mencapai 15,8 juta liter dengan CAGR 3,7 persen antara 2023 sampai 2060.

Sementara berdasarkan skenario tinggi, total permintaan avtur mencapai 19,4 juta liter dengan CAGR 4 persen periode 2023 sampai 2060.

Potensi

Rencana dan target pengembangan SAF tersebut tak lepas dari potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia.

Dari sisi permintaan, Indonesia memiliki pasar penerbangan yang besar dengan jaringan 683 bandara yang tersebar di seluruh nusantara.

Baca juga: Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pada 2023, penumpang perjalanan udara domestik mencapai 52,6 juta orang sedangkan penumpang penerbangan internasional mencapai 7,1 juta orang. Indonesia juga berada di peringkat 4 dalam hal volume perjalanan udara.

Sedangkan dari sisi suplai, Indonesia memiliki modal bahan baku minyak kelapa sawit terbesar di Asia Tenggara. Indonesia bahkan menyumbang lebih dari 50 persen suplai minyak kelapa sawit dunia.

Selain itu, potensi suplai bahan baku SAF lainnya adalah minyak jelantah dengan perkiraan kapasitas produksi 3,9 juta ton per tahun pada 2023.

Di samping itu, potensi produksi kilang baha bakar nabati cukup signifikan, dengan kapasitas produki SAF sebesar 36 juta liter per tahun pada 2027.

Baca juga: Ekowisata Satwa Liar Bisa Dorong Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Solusi Air Bersih di Desa Sungai Payang, Begini Upaya MMSGI Dorong Kesejahteraan Warga

Solusi Air Bersih di Desa Sungai Payang, Begini Upaya MMSGI Dorong Kesejahteraan Warga

Swasta
Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Pemerintah
BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

Pemerintah
Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Pemerintah
Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Pemerintah
Laporan 'Health and Benefits Study 2024': 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Laporan "Health and Benefits Study 2024": 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Swasta
Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Pemerintah
Forum 'ESG Edge' Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

Forum "ESG Edge" Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

LSM/Figur
Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Pemerintah
Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau