KOMPAS.com - China semakin menjadi pemimpin global dalam pemasangan pembangkit energi terbarukan dunia.
Pada tahun ini, China diprediksi berkontribusi terhadap lebih dari separuh penambangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dunia.
Dalam studi terbaru lembaga think tank energi Ember, kapasitas terpasang PLTS "Negeri Panda" diproyeksikan meningkat 334 gigawatt (GW).
Baca juga: Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama
Jumlah tersebut setara 56 persen dari total proyeksi penambahan kapasitas terpasang global sampai akhir tahun ini.
Bila dibandingkan tahun lalu, pemasangan PLTS oleh China berkontribusi terhadap 56 persen dari seluruh instalasi panel surya global.
Selain itu, instalasi PLTS di China tahun ini bila terealisasi sepenuhnya akan lebih banyak 28 persen dari tahun 2023.
Selama semester pertama tahun ini, dari Januari hingga Juni, pemasangan PLTS di China melampaui instalasi panel surya negara tersebut tahun 2022.
Baca juga: Pemanfaatan Waduk Diperluas, Potensi PLTS Terapung Tambah 14 GW
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, China mengumumkan akan terus bertransisi energi dengan meninggalkan bahan bakar fosil dan mereformasi sistem ketenagalistrikannya.
Pada Kamis (29/8/2024), regulator energi China yakni Administrasi Energi Nasional menerbitkan buku putih yang berisi banyak daftar pencapaian "Negeri Panda".
Buku putih tersebut juga memuat sejumlah langkah yang sudah diumumkan sebelumnya, mulai dari memajukan teknologi penyimpanan energi hingga mempromosikan konservasi energi.
Terdapat juga bab yang mempromosikan kerja sama energi hijau di bawah program infrastruktur Belt and Road Initiative (BRI).
Baca juga: RI Punya PLTS Daratan Terbesar, Mampu Kurangi 118.725 Ton Karbon Dioksida
Kepala Administrasi Energi Nasional Zhang Jianhua mengatakan, China akan terus mereformasi sistem ketenagalistrikannya serta menyerukan reformasi yang berorientasi pasar.
Dia menambahkan, China juga memperluas pasar spot, mempromosikan perdagangan listrik hijau, dan mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan.
Zhang menambahkan, tahun lalu China menginvestasikan 676 miliar dollar AS atau sekitar Rp 10 kuadriliun dalam transisi energinya.
Mengutip angka dari organisasi penelitian BloombergNEF, diperkirakan investasi transisi energi China mencapai 38 persen dari total dunia, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Gabungan PLTS dan PHES Jadi Solusi Pasokan Listrik Nasional Berkelanjutan
Beberapa tahun belakang, China muncul sebagai pemimpin global dalam transisi energi terbarukan, meskipun sistem ketenagalistrikannya masih sangat bergantung pada batu bara.
Ketika ditanya apakah emisi karbon China dapat mencapai puncaknya sebelum target 2030, Wakil Direktur Departemen Perencanaan Administrasi Energi Nasional Song Wen berjanji tidak akan mengubah target.
"Target karbon ganda tidak akan diubah dan target-target utama yang telah kami janjikan tidak akan diubah," ucapnya.
Baca juga: Relaksasi TKDN PLTS Gerus Daya Saing Lokal Kalau Tak Dikelola
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya