Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subsidi Hijau Miliki Biaya Tersembunyi yang Ancam Keberhasilan Keberlanjutan

Kompas.com - 08/10/2024, 20:50 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan dalam publikasinya di jurnal Science mengungkapkan pemerintah harus berhati-hati dalam pemberian subsidi untuk praktik dan proses bisnis bahkan ketika tampaknya termasuk dalam aktivitas yang ramah lingkungan.

Ilmuwan berpendapat bahwa subsidi dapat mengubah tekanan pasar yang mengarah pada konsekuensi tidak diinginkan.

Misalnya saja malah melanggengkan subsidi yang merugikan dari waktu ke waktu tetapi juga mengurangi efektivitas keseluruhan dari subsidi yang dimaksudkan untuk mempromosikan keberlanjutan lingkungan.

Baca juga: CFO Punya Peran Penting dalam Pelaporan Keberlanjutan di Asia Pasifik

Oleh karena itu peneliti berpendapat ketika pemerintah memberikannya, subsidi harus memiliki tanggal berakhir yang jelas.

Mengutip Techxplore, Selasa (8/10/2024) subsidi dapat menjadi motivator kuat yang memajukan tujuan lingkungan dan keberlanjutan.

Misalnya, Undang-Undang Pengurangan Inflasi Amerika Serikat tahun 2022 menggunakan kredit pajak dan insentif untuk hal-hal seperti kendaraan listrik (EV), tenaga surya, dan tenaga angin untuk memenuhi target energi terbarukan dan efisiensinya.

Subsidi juga dapat menjadi pendekatan yang lebih mudah secara politis untuk memberlakukan perubahan daripada membuat undang-undang atau pajak baru.

Tetapi beberapa subsidi yang tampaknya mendorong keberlanjutan tidak sesederhana itu dan terkadang justru memiliki efek negatif.

Ambil contoh kasus EV, di mana masyarakat beralih dari mobil bertenaga bensin ke EV untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Namun, ketika subsidi untuk kendaraan listrik dan teknologinya menciptakan kendaraan listrik yang lebih murah, pasar tersebut akan meluas, sehingga meningkatkan penggunaan kendaraan secara keseluruhan.

"Ketika Anda mensubsidi industri apa pun, pada dasarnya Anda mempromosikan industri tersebut," kata Kathleen Segerson, penulis utama studi ini.

Namun, jika subsidi justru digunakan untuk meningkatkan infrastruktur dan akses ke transportasi umum, lebih banyak orang mungkin akan menyingkirkan mobil mereka, sehingga dampak positif bersih terhadap lingkungan menjadi jauh lebih besar.

Baca juga: Survei: Mayoritas Pekerja Muda Ingin Tempat Kerja Peduli pada Keberlanjutan

"Subsidi yang awalnya dianggap bermanfaat bagi masyarakat mungkin pada akhirnya dianggap memiliki biaya yang jauh lebih besar daripada manfaatnya," tulis para penulis dalam studi ini.

Banyak subsidi yang berlaku selama beberapa dekade telah lama diidentifikasi oleh para ekonom dan pemerhati lingkungan sebagai penyebab aktif perubahan iklim dan ancaman keanekaragaman hayati.

Dari perspektif efisiensi ekonomi, Segerson mengatakan lebih baik mengenakan pajak seperti pajak karbon. Namun itu menurut Segerson masih sulit dilakukan.

Oleh karena itu, subsidi yang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan merupakan solusi terbaik kedua.

Selain itu, menetapkan batasan waktu sangat penting sehingga kita bisa menghapus subsidi tersebut jika saat ada sesuatu yang lebih baik memungkinkan untuk dilakukan.

"Kita dapat mensubsidi proses produksi yang lebih ramah lingkungan ini, tetapi dengan hati-hati, dan menyadari bahwa kita tidak ingin bergantung pada subsidi ini dalam jangka panjang," tambah Segerson.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Studi Sebut Pemilik Kendaraan Listrik Punya Jejak Karbon Lebih Besar

Studi Sebut Pemilik Kendaraan Listrik Punya Jejak Karbon Lebih Besar

Pemerintah
Ekonomi Hijau: Upaya Indonesia Keluar dari Middle Trap Income

Ekonomi Hijau: Upaya Indonesia Keluar dari Middle Trap Income

Pemerintah
Subsidi Hijau Miliki Biaya Tersembunyi yang Ancam Keberhasilan Keberlanjutan

Subsidi Hijau Miliki Biaya Tersembunyi yang Ancam Keberhasilan Keberlanjutan

Pemerintah
Metode Ini Diklaim Bisa Atasi Dampak Bahan Kimia Pada Persediaan Air Global

Metode Ini Diklaim Bisa Atasi Dampak Bahan Kimia Pada Persediaan Air Global

LSM/Figur
Jelang Pilkada, Isu Kualitas Udara Perlu Diprioritaskan Calon Kepala Daerah

Jelang Pilkada, Isu Kualitas Udara Perlu Diprioritaskan Calon Kepala Daerah

LSM/Figur
Para Kandidat Gubernur Jakarta Diharapkan Angkat Isu Kualitas Udara

Para Kandidat Gubernur Jakarta Diharapkan Angkat Isu Kualitas Udara

LSM/Figur
Industri Pariwisata dan Target Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Industri Pariwisata dan Target Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Pemerintah
Coldplay Rilis Vinyl Album dari Sampah Plastik Indonesia

Coldplay Rilis Vinyl Album dari Sampah Plastik Indonesia

Pemerintah
Genjot Produksi dalam Negeri demi Pencapaian SDGs Poin 9, Midea Bangun Pabrik di Cikarang

Genjot Produksi dalam Negeri demi Pencapaian SDGs Poin 9, Midea Bangun Pabrik di Cikarang

Swasta
Pengertian Transisi Energi Berkeadilan dan Strateginya

Pengertian Transisi Energi Berkeadilan dan Strateginya

LSM/Figur
Karena Perubahan Iklim, Sungai Jadi Mengering Lebih Cepat

Karena Perubahan Iklim, Sungai Jadi Mengering Lebih Cepat

Pemerintah
BRIN Kembangkan Varietas Jagung Tahan Hama dan Perubahan Iklim

BRIN Kembangkan Varietas Jagung Tahan Hama dan Perubahan Iklim

Pemerintah
'Wali Asuh Mangrove', Bentuk Tanggung Jawab Kompas.com atas Emisi Karbon yang Dihasilkan

"Wali Asuh Mangrove", Bentuk Tanggung Jawab Kompas.com atas Emisi Karbon yang Dihasilkan

Swasta
7,6 Juta Anak Indonesia Alami Kekerasan Sepanjang 2023

7,6 Juta Anak Indonesia Alami Kekerasan Sepanjang 2023

Pemerintah
20 Produsen Berhasil Kurangi 127.000 Ton Sampah Sepanjang 2023

20 Produsen Berhasil Kurangi 127.000 Ton Sampah Sepanjang 2023

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau