Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Kompas.com - 10/10/2024, 08:55 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai transisi energi, terutama dalam meningkatkan porsi energi baru dan terbarukan (EBT).

Senior Consultant Purnomo Yusgiantoro Center, Farida Zed menilai, ada tiga kendala utama dalam transisi energi, khususnya dalam meningkatkan EBT.

“Paling tidak kita ada tiga kendala di dalam melakukan transisi energi, peralihan dari (energi) fosil kepada EBT,” ujar dia dalam acara “Indonesia Future Policy Dialogue” di Jakarta, Rabu (9/10/2024).

Baca juga: Bahlil Ungkap Skema Investasi Sektor EBT, Pengusaha Balik Modal 10 Tahun

Pertama, kata dia, adalah keterbatasan dalam akses proyek-proyek energi yang akan digunakan, sehingga perlu dukungan finansial.

Kedua, terbatasnya akses terhadap teknologi, dan ketiga adalah kurangnya akses terhadap sumber daya manusia.

Ia menilai, ketiga kendala tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi kementerian terkait dan juga Dewan Energi Nasional (DEN), untuk bisa melakukan harmonisasi dan sinkronisasi.

“Paling tidak diselesaikan dulu masalah ini supaya kita bisa tampak dengan angka yang lebih besar, yang mendekati angka-angka yang menjadi target kita,” imbuhnya.

Sebagai informasi, meski angka bauran energi meningkat hingga hampir 14 persen tahun ini, pencapaiannya masih jauh dari target awal sebesar 23 persen pada 2025. Bahkan, target tersebut direncanakan direvisi menjadi 17 persen.

Baca juga: Kementerian ESDM: Indonesia Butuh Investasi Rp 219 Triliun untuk EBT

Target EBT Indonesia

Lebih lanjut, Farida menilai ada beberapa upaya yang harus dijaga, agar Indonesia dapat mengejar target EBT setidaknya sebesar 17 persen pada 2025.

Salah satunya, kata dia, adalah kepastian bagi pengusaha. Saat ini, isu besar yang dihadapi adalah terkait kepastian tersebut. Oleh karena itu, kebijakan dan regulasi yang ada harus stabil dan tidak berubah terlalu cepat.

Jika perubahan kebijakan terjadi terlalu mendadak, hal ini dapat menyulitkan investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di sektor EBT.

Faktor kedua yang perlu diperhatikan, kata dia, adalah transparansi dan kepastian dalam proses perizinan.

Baca juga: Co-firing PLTU Upaya Tingkatkan Bauran EBT dengan Investasi Minim

“Sebagian besar investor itu kan mencari pinjaman untuk itu, nah kalau proses izin ini tidak ada kepastian waktu, tentu ini akan memberikan pengaruh kepada investasi mereka,” terang Farida, di sela acara forum.

Selain itu, ia menambahkan, komitmen PLN untuk membeli energi dari sumber EBT juga sangat penting.

Sesuai dengan peraturan pemerintah, PLN diwajibkan membeli energi dari sumber-sumber EBT. Namun, sering kali negosiasi dengan PLN memakan waktu yang lama, terutama dalam hal penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA).

“Hal ini menjadi beban bagi dunia usaha (di sektor energi)" ungkapnya.

Ia menegaskan, pemerintah memiliki keterbatasan dana dan tanggung jawab lain, seperti di sektor pendidikan dan kesehatan, yang juga harus diselesaikan.

Oleh karena itu, melibatkan peran swasta sangat penting dalam membantu mencapai target EBT Indonesia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Pemerintah
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
LSM/Figur
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
LSM/Figur
Permintaan Tembaga Diprediksi Melonjak, Tapi Pasokan Terbatas
Permintaan Tembaga Diprediksi Melonjak, Tapi Pasokan Terbatas
Pemerintah
Bangkitkan Ekonomi Desa, MMSGI Dorong Kemandirian Usaha Mikro Lokal
Bangkitkan Ekonomi Desa, MMSGI Dorong Kemandirian Usaha Mikro Lokal
Swasta
Meta Gandeng AES Pasok 650 MW Energi Surya untuk Pusat Data
Meta Gandeng AES Pasok 650 MW Energi Surya untuk Pusat Data
Swasta
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
Pemerintah
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Pemerintah
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
Pemerintah
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Pemerintah
Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah
Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah
Pemerintah
Menteri LH Minta Stop Impor Plastik 'Virgin', Perluas Tanggung Jawab Produsen
Menteri LH Minta Stop Impor Plastik "Virgin", Perluas Tanggung Jawab Produsen
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau